Senin, 02 Mei 2011

MIKHAIL GORBACHEV

BUKU BIOGRAFI
Judul: Mikhail Gorbachev
Penulis: Tim Majalah Time
Penerbit: Time
1
Masa Pertumbuhan
DESA PRIVOLNOYE terbentang di tengah-tengah stepa—padang rumput—yang luas, yang bergelombang-gelombang, di daerah Stavropol bagian selatan Rusia. Sekarang desa itu merupakan desa petani pekerja keras dengan populasi penduduk sekitar 3.000 jiwa, dan merupakan pusat pertanian kolektif Sverdlov di distrik Krasnogvardeisky. Rumah-rumah penduduk tersebar di daerah pertanian subur yang membentang sejauh mata memandang. Pada hari-hari yang terasa pendek di akhir musim gugur, pemandangan yang tampak adalah perpaduan warna-warna alam yang semakin menua: jalur-jalur bergelombang tauah gembur yang kehitaman, padang-padang yang luas dan kosong, dengan rumput berwarna kecoklatan, dan ladang yang ditandai oleh hijaunya tunas gandum musim dingin. Musim dingin terasa menggigit meskipun tidak separah di bagian-bagian lain Republik Rusia, dan menjelang Maret angin mulai mengembuskan kehangatan yang menandai awal musim baru bagi Privolnoye. Di daerah pertanian yang tenang dan penuh kedamaian inilah Mikhail Gorbachev lahir pada tanggal 2 Maret 1931.
Menurut ukuran Soviet, Privolnoye sekarang termasuk "modern". Tidak ada jalan-jalan kuno dengan model rumah-rumah desa yang khas dan serupa, atau gereja dengan kubahnya yang berbentuk bawang putih dan matahari musim dingin yang memantulkan cahaya keemasan. Sederetan toko, supermarket yang baru dan pusat kebudayaan mengelilingi simbol kebanggaan Soviet: tugu peringatan perang dengan api abadi dan batu-batu terpahatnya. Di antara nama-nama itu ada tujuh nama Gorbachev, para kerabat pemimpin Soviet ini. Rumah keluarga Gorbachev terletak di pinggir jalan tidak jauh dari pusat desa. Orang-orang asing dan para wartawan selama ini dilarang mendekati daerah itu, mungkin untuk mencegah pemujaan atas diri Gorbachev, sebagaimana tradisi di Soviet yang menjaga kerahasiaan asal-usul para pemimpin negara mereka. Rumah Gorbachev sendiri terbuat dari bata berlantai satu, tidak berbeda dari rumah para tetangganya, dengan tiga ruangan dan dapur yang kecil. Kebun yang terpelihara dengan baik mengelilingi rumah itu yang sekaligus memisahkan dan berfungsi sebagai pagar jalan. Ibu Gorbachev, Maria Panteleyevna, pada usianya yang hampir mendekati delapan puluh tahun, masih tinggal di sana pada tahun 1988 dengan uang pensiun sebesar 36 rubel (60 US dollar) sebulan dan menghabiskan waktunya dengan merawat kebun, memelihara ayam dan seekor sapi.
Ketenangan daerah penghasil gandum di kawasan Uni Soviet ini, yang nampaknya telah ada sejak dulu, sebenarnya tidaklah demikian. Desa itu baru terbentuk pada akhir abad ke-18 ketika Kekaisaran Rusia yang sedang berkembang mulai melebarkan wilayahnya ke selatan ke Kaukasus. Dalam bagian besar dari sejarah Rusia, daerah antara Laut Hitam dan Laut Kaspia merupakan pusat keanekaragaman dan peperangan antar kelompok etnis, tak satu pun dari kelompok-kelompok itu yang berpihak pada Tsar di Moskow atau St. Petersburg. Di bawah pemerintahan Katharina yang Agung (1762-1796), kekuatan militer Rusia yang semakin kuat dipusatkan untuk menghadapi Dinasti Ottoman di Turki di kawasan Semenanjung Crimea, dan pertentangan suku-suku beragama Islam di daerah Kaukasus. Kota Stavropol, yang mengambil namanya dari nama Stavropol Krai, didirikan pada tahun 1777 oleh pendiri desa favorit Katharina, Grigori Potemkin. Selama kunjungan resmi ke kawasan-kawasan yang baru ditaklukkan di Rusia selatan yang diorganisir olehnya, Potemkin menciptakan gambaran yang indah dari desa-desa yang sebenarnya tidak ada, dengan menempatkan bangunan-bangunan dekoratif yang menggambarkan pemukiman yang menarik, sepanjang rute perjalanan Katharina. Dari situ timbullah istilah "desa Potemkin".
Stavropol, yang dalam bahasa Yunani berarti "kota salib", pada mulanya dimaksudkan oleh Katharine sebagai benteng kekuatan Rusia dalam menghadapi kekuatan Dinasti Ottoman Turki—dan pos terluar kepercayaan Kristiani yang didirikan di daerah yang dulunya didominasi oleh agama Islam. Saat ini, daerah itu dihuni kira-kira 3.000.000 orang dari berbagai kelompok etnis dan kelompok kebangsaan yang berbeda, mulai dari mayoritas orang-orang Rusia hingga orang-orang Ukrania, Yahudi, Byelorusia, dan suku-suku ulet dari pegunungan seperti orang-orang Ossetia dan Karbadia. Meskipun Stavropol terletak di kawasan paling selatan Republik Soviet Federal Sosialis Rusia, salah satu dari 15 negara-negara bagian Uni Soviet, tapi Stavropol lebih dianggap sebagai suatu krai (teritori) daripada Oblast (region, daerah) —suatu istilah administratif yang lebih umum dipakai. Hal ini karena daerah otonomi Karachay-Cherkess terletak di dalam wilayah perbatasannya. Kepekaan untuk menunjukkan perwujudan rasa hormat pada kelompok-kelompok minoritas etnis, yang dalam hal ini pemerintah Soviet telah mempraktekkan suatu kebijakan yang konsisten, dimana mungkin, dinyatakan dengan menggabungkan kelompok-kelompok etnis tersebut dalam batas-batas daerah administratif mereka sendiri. Meskipun demikian, di wilayah Kaukasus, ketegangan laten antarbangsa dan kelompok etnis masih ada dan pertentangan itu meletus dalam masa pendudukan Nazi yang singkat di daerah itu selama Perang Dunia II.
Bagaimanapun juga, bagi kelompok-kelompok etnis Rusia yang adalah kaum pendatang, daerah itu membangkitkan kenangan mereka seperti yang dialami kaum pendatang di Amerika saat mereka berpindah ke arah barat. Daerah Kaukasus muncul dalam karya-karya penulis-penulis. Rusia abad ke-19 yang beraliran romantis. Lebih penting lagi, kekayaan daerah itu yang dikarenakan oleh kesuburan tanahnya, telah menarik gelombang demi gelombang imigran Rusia dari daerah aliran Sungai Don dan Sungai Volga, dan dari daerah yang lebih padat penduduknya di Eropa dan Rusia Tengah. Petani-petani Rusia yang mulai menetap di sana sejak akhir abad ke-18, berbeda dari teman-teman mereka di negara bagian lain: mereka bukan buruh tani. Kelompok pendahulu imigran yang berpindah ke selatan diikuti oleh gelombang imigran yang lain pada paro kedua abad ke-19, yaitu kaum petani Rusia yang telah dibebaskan dengan adanya Deklarasi Emansipasi pada tahun 1861 (suatu peristiwa sejarah yang luar biasa, yang bersifat kebetulan saja, karena dua tahun sebelumnya terjadi pembebasan kaum budak di Amerika). Privolnoye sebenarnya berarti "bebas", nama yang menunjukkan adanya perbedaan antara nenek moyang Gorbachev dan para buruh tani yang menghuni tanah-tanah pertanian luas di negara itu.
Sifat tenang Gorbachev diwarisi dari semangat kaum petani Rusia ini, yang selalu siap mengambil kesempatan untuk mengadu nasib dalam memanfaatkan tanah subur di tengah bahaya kekeringan yang selalu mengancam. Privolnoye terletak sekitar 150 km dari kota Stavropol, dekat perbatasan sebelah barat laut daerah itu, dan hampir 1.500 km dari kota Moskow. Kakek-nenek Gorbachev yang berperan besar dalam pendidikannya selama masa Perang Dunia II, lahir pada perempat akhir abad ke-19, sesudah pembebasan kaum buruh tani, tetapi sebelum reformasi yang dilakukan oleh Perdana Menteri Stolypin, suatu reformasi dramatis di bidang pertanian pada era Tsar tahun 1906. Reformasi-reformasi ini memberikan sumbangan yang lebih besar dalam mengubah daerah pedesaan Rusia daripada emansipasi buruh tani yang terjadi pada tahun 1861, karena disahkannya hak pemilikan tanah secara independen bagi para petani dalam wilayah-wilayah pedesaan, sekaligus mengkonsolidasikan daerah-daerah pertanian yang sebelumnya dimiliki secara umum dan yang secara tidak ekonomis terpisah satu sama lain. Hal ini mengakibatkan terciptanya kelas-kelas petani yang independen, beberapa dari anggotanya, melalui ketekunan dan bakat mereka, telah menjadi kaya dan berhasil.
Sebelum tahun 1914, ketika Perang Dunia I pecah, yang membawa kebaikan dan kemajuan di bidang ekonomi dan sosial pada tahun-tahun terakhir masa pemerintahan Tsar, produksi gandum Rusia sangat berlimpah, hingga negara itu mengekspor sejumlah besar gandum ke Eropa Barat. Bagaimanapun juga, dorongan untuk meningkatkan keterampilan di bidang pertanian menghasilkan perubahan ekonomi yang mencolok di daerah-daerah pedesaan secara keseluruhan. Beberapa kaum petani menjadi miskin sementara yang lain menjadi makmur dan berpengaruh. Kelompok yang berhasil, membentuk sekitar 5% dari 96%, kaum petani, adalah pemegang saham kecil yang independen, yang kemudian oleh Stalin dinamakan sebagai kulak (petani-petani kaya) dan menjadi sasaran paling utama usaha-usaha Stalin dalam revolusi rekayasa sosial sekitar tahun 1930-an.
Distrik Krasnogvardeisky dari Stavropol Krai, di mana Privolnoye terletak, mempunyai sejarah yang penuh dengan gejolak pada perempat pertama abad ke-20. Nama itu sendiri, yang berarti "Pengawal Merah", merupakan suatu kesaksian dari dahsyatnya pertempuran selama perang saudara di Rusia, pada tahun 1918-1921, yang melanda daerah itu. Kelompok "Merah", yaitu Komunis, Kelompok Tentara dan lawannya, Kelompok "Putih" anti-Bolshevik berjuang dengan keras untuk menguasai daerah itu, yang dengan luas total 45.000 km persegi, hampir sama dengan luas Carolina Selatan. Akhirnya, menjelang Februari 1920, Kelompok Merah telah menguasai kembali seluruh wilayah itu.
Sedikit sekali yang diketahui tentang perana kakek-nenek Gorbachev dalam kejadian-kejadian penting ini, tetapi dengan mempelajari keadaan serta peristiwa-peristiwa yang terjadi saat itu, sangat mungkin untuk membayangkan, ke dalam dunia macam apa Gorbachev dilahirkan. Hampir dapat dipastikan misalnya, bahwa kaum keluarga Gorbachev mendukung kelompok Bolshevik, tidak hanya karena Kakek Andrei adalah anggota partai, tetapi dia juga memegan peranan penting di pemerintahan dalam program kolektivisasi pertanian Soviet pada akhir tabu 1920-an dan awal tahun 1930-an. Dia terpilih sebagai ketua Khleborob (penghasil roti) suatu tanah pertanian kolektif sebelum kelahiran Gorbachev. Ayah Gorbachev, Sergei Andreyevich, lahir tahun 1909, masih terlalu muda untuk mengerti kekacauan perang saudara, tetapi dia menjadi pendukung termuda orde baru, selama masa kekacauan yang mengerikan akibat gerakan pembersihan yang dilakukan Stalin ke seluruh pedesaan Rusia pada tahun 1929-1931.
Salah satu aspek menonjol dari naiknya Gorbachev ke pucuk pimpinan adalah fakta kronologis sederhana yang menunjukkan bahwa dia adalah pemimpin Soviet pertama dalam tujuh dekade masa pemerintahan komunis yang lahir setelah Revolusi Bolshevik tahun 1917. Dalam hal ini, dia memiliki kesamaan demografis dengan sekitar 14 dari 15 penduduk Soviet yang hidup hingga saat ini. Lebih-lebih lagi, masa kelahiran Gorbachev adalah masa yang paling brutal dan penuh dengan kekerasan dalam sejarah Rusia. Sebelum akhir tahun 1920-an, Uni Soviet tampaknya mulai bergerak ke beberapa arah yang memungkinkan. Pemerintah seharusnya dapat melanjutkan kebijakan ekonomi dan sosial yang cukup moderat dalam periode Rencana Perekonomian Baru (N.E.P.: New Economic Plan), yang dimulai oleh Lenin tahun 1921, yang pada intinya bertujuan untuk mengangkat negara itu dari ambang kehancuran total. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, Uni Soviet mungkin telah menemukan cara untuk menyelaraskan keinginan Partai Komunis untuk melanjutkan eksperimen sosial dalam segala aspek masyarakat—termasuk pembentukan kaum petani konservatif yang kokoh—dengan keberatan negara itu secara keseluruhan untuk dibawa ke arch rekayasa sosial masa depan, yang belum dapat diramalkan hasilnya. Dapat dibayangkan, dengan kontrol dan keseimbangan yang tepat, Yang menentang asumsi akan kekuasaan total di bidang politik, Partai Komunis Uni Soviet mungkin dapat berkembang menjadi suatu partai yang tidak begitu penuh dengan intimidasi, sebagaimana yang sebenarnya terjadi.
Kesempatan itu telah hilang pada awal tahun 1930-an. Sekali Stalin telah membawa negaranya ke arah kolektivisasi di bidang pertanian, bagaimanapun juga, kepada realisasi akan lunya kekuasaan mutlak partai untuk melaksanakan program itu, maka jalan ke arah pembangunan negara selama beberapa dekade telah ditentukan oleh kemungkinan-kemungkinan dan keterbatasan-keterbatasan yang dapat dipaksakan oleh kekuasaan pemerintah secara sewenang-wenang. Gorbachev dilahirkan pada saat teror Stalin bagaikan tidak tertahankan. Keputusan kejam untuk mengubah tanah pertanian di seluruh negeri menjadi tanah pertanian ko-lektif, yang dibuat pada tahun 1929 dan dilanjutkan hingga awal tahun 1930-an, telah memaksa masyarakat Soviet untuk melihat diri mereka sebagai kelanjutan dari imajinasi politik seorang individu yang mahakuasa, Joseph Stalin. Ketika Stalin meninggal, tidak seorang pun penggantinya yang mengikuti jejaknya, tetapi partai berusaha mempertahankan inti cara pemerintahan Stalin: iklim pemerintahan yang tidak mungkin berbuat kesalahan, pemerintah yang maha mengetahui, dan penganiayaan terhadap para kritikus dan kelompok oposisi. Dalam beberapa hal, Uni Soviet saat ini lebih merupakan warisan suatu drama sejarah yang dimainkan pada saat Gorbachev dilahirkan, dan bukannya warisan dari perebutan kekuasaan oleh kaum Bolshevik tahun 1917.
Perubahan kekuasaan tahun 1929-1931 juga mengubah karakter nasional Uni Soviet. Melalui fokus kebijakan Stalin di bidang investasi industri berat yang tidak pernah terjadi sebelumnya, negara itu pada akhir dekade tahun 1930-an telah muncul sebagai kekuatan industri terbesar di Eropa dan terbesar kedua di dunia iwtelah Amerika Serikat. Hasil industri di tahun 1931 adalah 21% lebih besar daripada tahun sebelumnya. Suatu lompatan di bidang ekonomi yang mungkin tidak tertandingi oleh negara mana pun sejak Revolusi Industri di Inggris pada akhir abad ke-18. Sebagaimana Gorbachev sendiri telah mengatakan, kekuatan ekonomi Soviet tahun 1941 menunjukkan perbedaan antara kekalahan dan kebangkitan, ketika pasukan terlatih Hitler menyerbu perbatasan negara yang tidak terjaga dengan baik. Di luar kekuatan mesin militer Nazi, produksi tank Soviet tahun 1941 telah melampaui produksi tank Nazi di Jerman. Diragukan apakah Soviet dapat menahan pembantaian yang dilakukan oleh Jerman dalam Operasi Barbarossa—nama kode Hitler untuk invasi ke Uni Soviet—tanpa kekuatan industri berat yang telah dibangun selama satu dekade sebelumnya, dekade yang penuh dengan trauma itu.
Dengan program kolektivisasi pertanian sebagai alasan, pelan-pelan Stalin berusaha menguasai para pejabat partai. Selama dua tahun sebelum Gorbachev lahir, "pengadilan semu" pertama Soviet telah dimulai di Moskow. Stalin, yang telah merencanakan untuk mengkonsolidasikan kekuasaan dalam tangannya setelah kematian Lenin pada tahun 1924, telah memerintah hingga tahun 1927 sebagai bagian dari buah triumvirat yang goyah, dengan dirinya, Leon Trotsky, dan Nikolai Bukharin sebagai anggotanya. Kelihatan tidak yakin akan arah kebijakannya sendiri dalam pembangunan sional, Stalin berhasil mengambil hati sayap partai, yang menginginkan kolektivisasi petanian secara cepat dan di bawah ancaman, melawan sayap kanan partai, yang mendukung kelanjutan sebagian besar aspek N.E.P. Lenin. Tetapi di tahun 1927, terjadi pergeseran politik besar-besaran di Uni Soviet. Stalin melakukan manuver politik atas rivalnya, Trotsky, dan membuang lelaki brilian tetapi berpembawaan kasar itu ke dalam pembuangan seumur hidup. Dua tahun kemudian, dia mengubah taktik, memanipulasi sayap kiri partai untuk melenyapkan Bukharin, yang, meskipun setia kepada marxisme dan leninisme sebagaimana Stalin sendiri, tetapi mewakili pendekatan yang lebih bertahap terhadap perubahan ekonomi negara.
Manuver politik dilaksanakan dengan melakukan pengejaran besar-besaran terhadap mereka yang melawan kebijakan pemerintah, yang merupakan contoh khas sistem peradilan tak resmi yang mendominasi Uni Soviet selama masa pembersihan besar-besaran terhadap para lawan partai antara tahun 1936-1938. Pada hari ketika Gorbachev dilahirkan, Pravda sedang hangat membicarakan perkembangan terakhir dalam serangkaian pengadilan atas kaum Menshevik—aliran komunis yang lebih moderat yang tidak setuju dengan taktik revolusi Lenin sebelum dan selama Revolusi Oktober—yakni dengan melakukan penangkapan atas orang¬orang yang tidak sepaham dengan tuduhan melakukan "sabotase dan perusakan". Hal tersebut hampir menjadi suatu pola umum dalam setiap pengadilan semu sekitar tahun 1930, bukti didapat melalui penyiksaan atau sengaja diciptakan, dan dalam banyak kasus yang terjadi adalah dua-duanya. Pada bulan April 1929, dalam Kongres ke-16 Partai Komunis Uni Soviet (PKUS), revolusi untuk membersihkan tubuh partai dikeluarkan. Dalam bulan yang sama, terjadi serangan baru terhadap Gereja Ortodoks Rusia: beratus-ratus gereja dihancurkan dan lonceng gereja dipindahkan sehingga bunyinya "tidak mengganggu para pekerja". Pada ulang tahun Stalin yang ke-50 pada tanggal 21 Desember, di pers Rusia muncul editorial-editorial yang bersifat menjilat yang menyatakan bahwa Stalin sejak tahun 1917 adalah "pemimpin besar" seluruh rakyat Soviet.
Pada bulan November, Stalin mengumumkan akan adanya "revolusi kedua" di seluruh negara untuk merampungkan tugas-tugas utama yang belum diselesaikan oleh revolusi pertama pada tahun 1917. Dengan memutarbalikkan fakta dari posisi sebelumnya sebagai pihak oposisi yang menentang perubahan ekonomi yang dramatis di pedesaan, Stalin mengumumkan bahwa Uni Soviet setelah pulih dari kehancuran akibat perang saudara dan bencana kelaparan yang mengikutinya, membutuhkan pembaharuan ke arah sosialisme. Berbicara dalam konferensi mengenai masalah-masalah pertanian pada bulan September, Stalin mengumumkan bahwa NEP yang diperkenalkan oleh Lenin pada tahun 1921 telah berakhir. "Apakah artinya ini?" dia mengajukan pertanyaan retoris. Kemudian dijawabnya sendiri, "Ini berarti bahwa setelah suatu kebijakan yang membatasi kecenderungan eksploitasi oleh para kulak, kita berpaling ke arah kebijakan yang menghapuskan kulak sebagai suatu kelas sosial."
"Revolusi Baru" Stalin memuncak pada rencana lima tahunannya yang ambisius ke arah industrialisasi yang akan dibiayai sepenuhnya melalui sistem kolektivisasi yang diterapkan terhadap para petani Soviet. Kelompok petani tersebut adalah kelompok yang pada umumnya anti-Bolshevik dan dulunya tidak mendukung Stalin serta tidak mendukung pandangan Stalin tentang suatu masyarakat egalitarian dan masyarakat industri sepenuhnya. Kelompok oposisi yang lebih menentang perubahan dalam kaitannya dengan masalah-masalah pedesaan adalah kaum kulak, yang telah menjadi kaya sejak diterapkannya Reformasi Stolypin sebelum Perang Dunia I. Kaum kulak ini telah menjadi halangan politis utama dalam usaha mengkonsolidasikan kekuatan Soviet sepenuhnya di pedesaan-pedesaan.
Untuk semakin menguatkan kolektivisasi di seluruh Uni Soviet, maka antara tahun 1929 dan 1931, dikirimlah Tentara Merah dan prajurit perbatasan dari NKVD (polisi rahasia yang kemudian menjadi KGB) untuk menangkapi para petani, merampas persediaan bahan pangan dan ternak, dan menggiring mereka ke kolkhoz (tanah pertanian kolektif) yang baru saja dibentuk. Jutaan petani ditangkap dan dikirim ke kamp-kamp ini dan jutaan lainnya ditembak atau mati kelaparan. Dalam kasus-kasus yang tidak terhitung jumlahnya, penggolongan antara kulak dan petani biasa yang kebetulan mempunyai persediaan pangan sendiri sebenarnya dibuat-buat saja: seorang kulak dapat saja siapa pun yang punya dua ekor sapi atau sebuah rumah yang cukup bagus. Banyak petani lain yang tidak memenuhi definisi ekonomi yang kabur tentang kulak akhirnya ditangkap karena mereka tidak mendukung apa yang terjadi di sekitar mereka. Seluruh masyarakat menjadi sasaran perampasan dan penangkapan. Menjelang tahun 1933 terdapat sekitar 800.000 petani yang ditahan di "tempat penahanan" yang berarti tempat transit sebelum pemindahan mereka ke kamp-kamp Gulag atau sebelum dieksekusi. Mereka yang ada di Gulag jumlahnya telah mencapai beberapa juta.
Banyak kaum petani yang terbunuh data usaha mereka yang sia-sia melawan unit Tentara Merah atau pasukan NKVD yang dipersenjatai penuh. Jutaan yang lain melawan perampasan harta mereka dengan membunuhi ternak mereka sendiri daripada membiarkannya jatuh ke tangan pemerintah komunis. Sebagai akibatnya, produksi bahan pangan di Uni Soviet menurun secara drastis pada awal tahun 1930-an. Pada tahun 1928 ada sekitar 33,5 juta kuda di Uni Soviet. Pada tahun 1932 jumlahnya menurun menjadi 19,6 juta. Dalam periode yang sama, jumlah babi merosot dari 26 juta menjadi 11,6 juta, kambing dan domba dari 146 juta menjadi 52,1 juta, dan sapi dari 70,5 juta menjadi 40,7 juta. Pada tahun 1945 Stalin dilaporkan mengakui bahwa hampir 10 juta kulak telah "dimusnahkan", meskipun tidak jelas sepenuhnya apa yang dia maksudkan dalam pernyataannya itu. Beberapa peneliti Barat yakin bahwa jumlah total kulak yang terbunuh lebih kecil. Dalam hal ini, diperkirakan sekitar 5 juta sampai 7 juta manusia meninggal dalam bencana kelaparan yang diciptakan oleh Stalin di Rusia Selatan, sebagai akibat dipaksakannya program kolektivisasi. Standard kehidupan di seluruh Uni Soviet merosot sebesar sepertiga antara tahun 1928-1933.
Di sebelah utara Kaukasus pada awal tahun 1931, pada saat dan tempat dimana Gorbachev dilahirkan, kekacauan dan pembantaian itu sedang hebat-hebatnya terjadi. Sejumlah 86,4% dari perangkat pedesaan di daerah itu—yang disebut Kaukasus Utara hingga awal tahun 1930-an, ketika kemudian terkenal sebagai Stavropol Krai—telah dikolektivisasikan. Kematian kulak dan petani lain yang melawan perampasan hak milik dan bahan pangan serta hasil pertanian mereka telah mencapai ribuan. Pendukung¬pendukung Stalin yang terkenal seperti penulis Maxim Gorky menggambarkan semangat era itu. "Kita ditentang oleh segala sesuatu, yang melampaui batas kehidupan yang telah ditentukan baginya oleh sejarah," Gorky menulis di koran pemerintah Izvestia pada bulan November 1930, "dan ini memberi kita hak untuk menganggap diri kita berada dalam keadaan perang saudara. Sewajarnya kesimpulannya adalah bahwa jika musuh tidak menyerah, maka dia harus dihancurkan."
Tetapi "musuh", yang dalam prakteknya berarti setiap petani yang tidak setuju untuk dimasukkan ke tanah pertanian kolektif, biasanya bahkan tidak diberi kesempatan untuk menyerah. Stalin telah memutuskan gerakan pemusnahan daripada memaksa para kulak itu untuk tunduk, sehingga akhirnya mereka memang benar-benar "dimusnahkan". Sebagai akibatnya, wajarlah jika beberapa petani melawan serta, membunuh sejumlah anggota Partai Komunis dan kaum simpatisan mereka kapan saja mereka mendapat kesempatan. Tetapi gerakan perlawanan yang membabi buts ini semakin menguatkan keinginan Stalin untuk menghukum mereka. Pada suatu rapat Politbiro di Moskow tahun 1930, Jenderal Frinovsky, komandan pasukan pengawal perbatasan NKVD, melaporkan bahwa sungai-sungai di sebelah utara Kaukasus telah menghanyutkan ribuan mayat ke laut.
Kemungkinan karena telah lamanya tradisi kebebasan bagi kaum tani di daerah itu, perlawanan dan pembantaian di daerah di mana Gorbachev dilahirkan sangatlah terasa menyedihkan. Pada bulan Oktober 1932, Stalin membentuk komisi khusus yang diketuai oleh salah satu dari pembantu utamanya, yaitu anggota Politbiro Lazar Kaganovich, untuk mengatasi pergolakan di Kaukasus Utara. Anggota-anggota komisi, termasuk di dalamnya ahli politik kawakan Anastas Mikoyan, yang menjadi anggota komite perdagangan luar negeri Moskow yang sangat terkenal, Genrickh Yagoda, yang kelak menjadi direktur NKVD, dan Mikhail Suslov, yang kemudian menjadi tokoh pembina ideologi utama di Kremlin, dan yang kemudian menjadi pembimbing Gorbachev.
Komisi Kaganovich mempunyai kekuasaan yang luar biasa untuk menyelidiki dan menangkap para petani, dan tanpa belas kasihan menyiksa dan membantai mereka yang dicurigai melawan program kolektivisasi. Penulis biografi Gorbachev, Zhores Medvedev, dulunya adalah penduduk Soviet dengan kaitan kekerabatan yang kental dengan daerah Stavropol, menulis, "Hampir semua keluarga kehilangan sanak saudara, teman, atau tetangga selama periode ini, dan Privolnoye bukanlah suatu perkecualian.... Pada awal tahun 1930-an, teror dan ketidakadaan hukum telah memerintah kehidupan pedesaan di Kaukasus Utara."
Ketua partai di Kaukasus Utara pada saat Gorbachev dilahirkan adalah Boris Sheboldaev. Pada bulan November 1932 dia memerintahkan untuk menangkap dan mendeportasi seluruh penduduk desa hanya karena beberapa penduduk desa membangkang. "Beberapa petani yang bersikap hati-hati," Sheboldaev menyatakan, "harus benar-benar mempertimbangkan keadaan para tetangganya." Sheboldaev sendiri terseret dalam gelombang pembersihan di tahun 1937 dan tertembak. Tetapi kematiannya itu tidaklah berarti dibandingkan ribuan keluarga yang menderita di daerah itu. Di beberapa desa, karena kekurangan pangan atau karena serangan-serangan yang dilakukan oleh tentara pemerintah, semua anak di bawah umur dua tahun meninggal. Penulis Soviet, A.B. Kosterin, seperti dikutip oleh Medvedev, mengunjungi daerah sekitar Privolnoye pada tahun 1933 dan 1934, ketika Gorbachev masih bayi. Kemana pun Kosterin pergi dia melihat rumah-rumah yang jendelanya ditutup, palang kayu, gudang-gudang dan pekarangan yang kosong, dan peralatan pertanian yang ditinggalkan di ladang-ladang. Angka kematian anak-anak tampaknya sangatlah tinggi. "Di jalan ke Stavropol yang sepi," Kosterin menulis, "saya berjumpa dengan seorang petani yang membawa ransel. Kami berhenti dan saling memberi salam serta merokok bersama. Saya bertanya kepadanya, 'Hendak ke mana, kamerad?'
'Ke penjara,' laki-laki itu menjawab. Petugas pemerintah di daerahnya tidak dapat mengantarnya, dia menjelaskan, jadi dia mengantarkan dirinya sendiri ke penjara. Dibandingkan dengan bencana kelaparan dan penindasan yang merajalela di daerah itu, penjara bukanlah suatu alternatif yang buruk."