BUKU
Judul: Retorika
Penulis: Dori Wuwur Hendrikus
Penerbit: KANISIUS, 2009
A. PENGERTIAN RETORIKA
1. Arti Retorika
Titik tolak retorika adalah berbicara. Berbicara berarti mengucapkan kata atau kalimat kepada seseorang atau sekelompok orang, untuk mencapai suatu tujuan tertentu (misalnya memberikan informasi ata memberi motivasi). Berbicara adalah salah satu kemampuan khusus pada manusia. Oleh karena itu pembicaraan itu setua umur bangsa manusia. Bahasa dan pembicaraan itu muncul, ketika manusia mengungkapkan dan menyampaikan pikirannya kepada manusia lain.
Retorika berarti kesenian untuk berbicara baik (Kunst, gut zu reden atau Ars bene dicendi), yang dicapai berdasarkan bakat alam (talenta) dan keterampilan teknis (ars, techne), Dewasa ini retorika diartikan sebagai kesenian untuk berbicara baik, yang dipergunakan dalam proses komunikasi antarmanusia. Kesenian berbicara ini bukan hanya berarti berbicara lancar tanpa jalan pikiran yang jelas dan tanpa isi, melainkan suatu kemampuan untuk berbicara dan berpidato secara singkat, jelas, padat dan mengesankan. Retorika modern mencakup ingatan yang kuat, daya kreasi dan fantasi yang tinggi, teknik pengungkapan yang tepat dan daya pembuktian serta penilaian yang tepat. Retorika modern adalah gabungan yang serasi antara pengetahuan, pikiran, kesenian dan kesanggupan berbicara. Dalam bahasa percakapan atau bahasa populer, retorika berarti pada tempat yang tepat, pada waktu yang tepat, atas cara yang lebih efektif, mengucapka kata-kata yang tepat, benar dan mengesankan. Itu berarti orang harus dapat berbicara jelas, singkat dan efektif. Jelas supaya mudah dimengerti; singkat untuk menghemat waktu dan sebagai tanda kepintaran dan efektif karena apa gunanya berbicara kalau tidak membawa efek? Dalam konteks ini sebuah pepatah Cina mengatakan, "Orang yang menembak banyak, belum tentu seorang penembak yang baik. Orang yang berbicara banyak tidak selalu berarti seorang yang pandai bicara."
Keterampilan dan kesanggupan untuk menguasai seni berbicara ini dapat dicapai dengan mencontoh para retor yang terkenal (imitatio), dengan mempelajari dan mempergunakan hukum-hukum retorika (doctrina) dan dengan melakukan latihan yang teratur (exercitium). Dalam seni berbicara dituntut juga penguasaan bahan (res) dan pengungkapan yang tepat melalui bahasa (verba).
2. Retorika, Dialektika dan Elocutio
Ilmu retorika mempunyai hubungan yang erat dengan dialektika yang sudah dikembangkan sejak zaman Yunani kuno. Dialektika adalah metode untuk mencari kebenaran lewat diskusi dan debat. Melalui dialektika, orang dapat mengenal dan menyelami suatu masalah (intellectio), mengemukakan argurmentasi (inventio) dan menyusun jalan pikiran secara logis (dispositio). Retorika mempunyai hubungan dengan dialektika karena debat dan diskusi juga merupakan bagian dari ilmu retorika.
Elocutio berarti kelancaran berbicara. Dalam retorika kelancaran berbicara sangat dituntut. Elocutio menjadi prasyarat kepandaian berbicara. Oleh karena itu retorika juga berhubungan erat dengan elocutio.
B. APAKAH RETORIKA DAPAT DIPELAJARI?
Sebuah pepatah bahasa latin berbunyi: "Poeta nascitur, orator fit." Artinya, "seorang penyair dilahirkan, tetapi seorang ahli pidato dibina." Sejak dua ribu tahun terbukti bahwa banyak orang menjadi ahli pidato, karena mereka mempelajari teknik berbicara dan tekun melakukan latihan berbicara. Mereka pernah berani memulai berbicara di depan orang banyak, sesudah itu mempelajari teknik berbicara, lalu membuat latihan secara tekun sampai menguasai teknik berbicara dan berpidato. Dua contoh dalam sejarah:
1. Demosthenes (384-322)
Demosthenes menceriterakan bahwa sejak lahir dia memiliki kekurangan dalam berbicara. Untuk mengatasi kesulitan ini, dia pergi ke pantai laut, menaruh kerikil dalam mulutnya, dan berusaha berbicara dengan ucapan yang jelas dan dengan suara yang sekuat mungkin untuk bisa mengatasi gemuruh hempasan ombak, dan usaha ini berhasil. Demosthenes akhirnya menjadi seorang ahli pidato termasyhur dalam Kerajaan Yunani kuno.
2. Winston Churchill (1874-1965)
Untuk dapat berpidato di depan Parlemen Inggris, Winston Churchill mempersiapkan diri secara intensif. Berhari-hari dia mencoba dan membuat latihan membaca dan berpidato. Beberapa bagian penting dari pidatonya malah dihafalkan. Usaha yang tekun ini akhirnya menjadikan Winston Churchill seorang ahli pidato terkenal dalam abad ini.
Orang-orang yang bersifat introvert dapat mengalami kesulitan untuk mengungkapkan diri lewat bahasa. Demikian juga dalam mempelajari ilmu retorika. Sebaliknya, mempelajari retorika lebih mudah bagi mereka yang bersifat ekstrovert. Tetapi kepada setiap orang dianugerahkan kemampuan yang cukup untuk bisa berkomunikasi. Justru keberhasilan dalam proses komunikasi dan dalam menguasai teknik dan seni berbicara tergantung dari usaha untuk mengembangkan kemampuan itu dan berusaha secara optimal untuk melatih diri. Oleh karena itu seni berbicara dapat dikuasai, retorika dapat dipelajari!
C. PEMBAGIAN RETORIKA
Retorika adalah bagian dari ilmu bahasa (Linguistik), khususnya ilmu bina bicara (Sprecherziehung). Retorika sebagai bagian dari ilmu bina bicara ini mencakup:
1. Monologika
Monologika adalah ilmu tentang seni berbicara secara monolog, di mana hanya seorang yang berbicara. Bentuk-bentuk yang tergolong dalam monologika adalah pidato, kata sambutan, kuliah, makalah, ceramah dan deklamasi. (Lihat: Bab 2)
2. Dialogika
Dialogika adalah ilmu tentang seni berbicara secara dialog, di mana dua orang atau lebih berbicara atau mengambil bagian dalam satu proses pembicaraan. Bentuk dialogika yang penting adalah diskusi, tanya jawab, perundingan, percakapan dan debat. (Lihat: Bab 3)
3. Pembinaan Teknik Bicara
Efektivitas monologika dan dialogika tergantung juga pada teknik bicara. Teknik bicara merupakan syarat bagi retorika. Oleh karena itu pembinaan teknik bicara merupakan bagian yang penting dalam retorika. Dalam bagian ini, perhatian lebih diarahkan pada pembinaan teknik nafas, teknik mengucap, bina suara, teknik membaca dan bercerita (Lihat: Bab 5)
D. ALASAN UNTUK MEMPELAJARI RETORIKA
Quintilianus mengatakan: "Tidak ada anugerah yang lebih indah, yang diberikan dewa, daripada keluhuran berbicara."
St. Agustinus, yang juga seorang retor, mengatakan: "Kepandaian berbicara adalah seni yang mencakup segala-galanya."
Seuah pepatah tua mengatakan, "Berbicaralah, supaya saya dapat melihat dan mengenal anda."
Martin Luther berpendapat, "Siapa yang pandai berbicara adalah seorang manusia; sebab berbicara adalah kebijaksanaan; dan kebijaksanaan adalah berbicara."
Di atas selembar Papirus yang ditemukan di dalam sebuah makam tua di Mesir tertulis, "Binalah dirimu menjadi seorang ahli pidato, sebab dengan itu engkau akan menang."
Mengapa orang belajar retorika? Mengapa orang mau menguasai ilmu pandai bicara?
Di dalam masyarakat umumnya dicari para pemimpin atau orang-orang berpengaruh, yang memiliki kepandaian di dalam hal berbicara. Juga di bidang-bidang lain seperti perindustrian, perekomian dan bidang sosial, kepandaian berbicara atau keterampilan mempergunakan bahasa secara efektif sangat diandalkan. Menguasai kesanggupan berbahasa dan keterampilan berbicara menjadi alasan utama keberhasilan orang-orang terkenal di dalam Sejarah Dunia seperti: Demosthenes, Socrates, J. Caesar, St Agustinus, St Ambosius, Martin Luther, Martin Luther King, J.F. Kennedy, Soekarno dan lain-lain.
Dalam Sejarah Dunia justru kepandaian berbicara atau berpidato merupakan instrumen utama untuk mempengaruhi massa. Bahasa dipergunakan untuk meyakinkan orang lain. Ketidakmampuan mempergunakan bahasa, sehingga tidak jelas mengungkapkan masalah atau pikiran akan membawa dampak negatif dalam hidup dan karya seorang pemimpin. Oleh karena itu, pengetahuan tentang retorika dan ilmu komunikasi yang memadai akan membawa keuntungan bagi pribadi bersangkutan dalam bidang-bidang di bawah ini:
1. Kemampuan Pribadi
Menguasai ilmu retorika dan keterampilan dalam mempergunakan bahasa secara tepat, dapat meningkatkan kemampuan pribadi orang yang bersangkutan. Keuntungan-keuntungannya antara lain:
• rasa tertekan, tegang, takut dan cemas di depan publik dapat dikurangi atau dilenyapkan
• rasa pasti terhadap diri dapat dipupuk dan bertumbuh
• kesadaran dan kepercayaan terhadap diri dapat semakin bertambah
• dia dapat mengalami perkembangan dalam hal tekni 4 bersuara
• artikulasi dalam mengucapkan kata-kata menjadi lebih jelas
• bahasanya dapat memiliki daya persuasi
• lewat komunikasi retoris kemampuan pedagogis dan psikologis dapat dibina
• kemampuan untuk berbicara secara spontan (improvisasi) dapat dikembangkan
• kemampuan untuk memberi motivasi dapat dipertinggi
• dapat menjadi lebih terampil dan cekatan dalam mengemukakan dan mempertahankan pendapat atau ide
• dapat memperluas perbendaharaan kata
• dapat mengkoordinasi dengan lebih mudah mimik dan gerak-gerik selama berbicara atau berdialog
• kesediaan untuk mendengarkan orang lain dapat dikembangkan
• keterampilan untuk mengolah artikel dapat dikembangkan
2. Keberhasilan Pribadi
Orang yang menguasai ilmu retorika dan terampil dalam mempergunakan bahasa, dapat mengalami banyak sukses dalam hidup dan karyanya antara lain:
• mengalami kemudahan dalam proses berkomunikasi
• baginya terbuka kesempatan dan kemungkinan yang lebih luas untuk mendapat kerja
• dapat lebih berhasil dalam usaha-usaha pribadi
• lebih mudah mendapat pengakuan dan penghargaan dari orang lain
• memperoleh kemungkinan lebih besar untuk menanam pengaruh
• pengertian terhadap orang lain semakin terbina
• dapat terbina sikap batin yang positif terhadap sesama dan dunia sekitar, yang dapat memperbesar sukses dalam hidup dan karyanya.
3. Tugas dan Jabatan
Dalam mengembang suatu tugas atau jabatan, penguasaan ilmu retorika dapat memberi keuntungan-keuntungan sebagai berikut:
• orang dapat mengemukakan pikiran secara singkat, jelas tetapi padat, sehingga mudah meyakinkan orang lain
• orang memiliki keterampilan dan kekuatan dalam mempertahankan pikiran atau pendapat
• orang dapat membina relasi yang menguntungkan dengan organisasi, perusahaan, institut atau partai-partai politik
• penguasaan yang lebih baik tentang seni membawakan ceramah atau pidato dalam situasi atau kesempatan-kesempatan penting
• membantu dalam memperluas orientasi dan wawasan pribadi
• mempertinggi keterampilan para produsen untuk menjuaI dan menawarkan hasil-hasil produksinya.
• memperluas pengetahuan, khususnya mengenai sumber-sumber informasi
• memperkecil kemungkinan kesalahan komunikasi, yang dapat membawa dampak negatif bagi tugas dan jabatan.
4. Kehidupan pada umumnya
Secara umum penguasaan ilmu retorika dapat mendatangkan keuntungan-keuntungan di bawah ini:
• memberi kesempatan dan kemungkinan untuk mengontrol diri
• dalam proses komunikasi yang sering, orang dapat menjadi semakin terbuka terhadap diri sendiri dan terhadap orang lain
• menghantar orang yang bersangkutan ke dalam bidang interese yang baru
• mengaktifkan dan mengembangkan kesanggupan-kesanggupan laten
• lewat proses komunikasi retoris dapat terbina sikap objektif dan toleran
• menjadi lebih lincah dalam pergaulan dan komunikasi antarmanusia.
5. Rangkuman
Uraian di atas menunjukkan bahwa retorika merupakan satu bidang ilmu yang penting dewasa ini. Banyak wanita dan pria dalam sejarah, memperoleh sukses besar dalam hidup dan kariernya sebagai pemimpin, berkat penguasaan ilmu retorika, sebab penguasaan teknik berbicara akan mempertinggi kepercayaan terhadap diri dan memberi rasa pasti kepada orang yang bersangkutan. Bagi para pemimpin, retorika adalah alat penting untuk mempengaruhi dan menguasai manusia. Bagi para penjual, kepandaian berbicara merupakan sarana penting untuk menjualbelikan barang dagangannya.
Siapa yang menguasai ilmu retorika dan mempergunakannya secara wajar akan mendapat sukses dalam hidup dan karyanya!
E. SEJARAH RETORIKA
Pada tahun 467 sebelum Masehi, Korax seorang Yunani dan muridnya Teisios (keduanya berasal dari Syrakuse-Sisilia) menerbitkan sebuah buku yang pertama tentang Retorika. Tetapi retorika, sebagai seni dan kepandaian berbicara, sudah ada dalam sejarah jauh lebih dahulu. Misalnya dalam kesusasteraan Yunani kuno, Homerus dalam Ilias dan Odysee menulis pidato yang panjang. Juga bangsa-bangsa seperti Mesir, India dan Cina sudah mengembangkan seni berbicara jauh hari sebelumnya.
Secara sistematis ilmu retorika memang pertama-tama dikembangkan di Yunani. Pembeberan sistematis yang pertama mengenai kepandaian berbicara dalam bahasa Yunani dikenal dengan nama: Techne rhetorike, yang berarti Ilmu tentang Seni Berbicara.
Di bawah ini akan dibeberkan perkembangan ilmu retorika secara garis besar yang berawal dari zaman kuno, berlanjut sampai pada abad pertengahan hingga dewasa ini.
1. Zaman Yunani Kuno
Unsur-unsur ilmu retorika sudah dikembangkan di Yunani, sebelum buku yang ditulis oleh Korax dan Teisios diterbitkan. Sejak abad ke-7 sampai ke-5 sebelum Masehi, sudah ada ahli-ahli pidato terkenal Yunani kuno seperti: Solon (640-560); Peisistratos (600-527) dan Thenustokles (525-460).
Seorang politikus dan negarawan yang juga menjadi seorang ahli pidato yang terkenal dalam zaman ini adalah PERIKLES (500-429). Para pengagumnya mengatakan bahwa dewi-dewi seni berbicara yang memiliki daya tarik memukau bertakhta di atas lidahnya. PERIKLES sebagai seorang ahli pidato tidak akan dilupakan oleh bangsa Yunani, berkat sebuah pidato yang diucapkannya bagi para pahlawan di kota Athena, yang kemudian diterbitkan oleh ahli Sejarah Thukydides. Sekitar akhir abad ke-5 sebelum Masehi, muncul lagi beberapa ahli pidato yang sangat dikagumi seperti Alkibiades Theramenes dan Kritios.
Pada mulanya para ahli pidato di Yunani hanya berbicara di dalam ruangan pengadilan. Tetapi sesudah memperhatikan bahwa kepandaian berbicara berguna untuk memimpin negara, maka orang mulai menyusunnya dan disebut retorika, sehingga mudah dipelajari. Usaha ini dijalankan pertama-tama di daerah koloni Yunani di Sisilia, di mana kekuasaan tiran mulai punah dan dimana kebebasan berbicara mulai dijunjung tinggi. Usaha yang sama segera dikembangkan di kota Athena dan di seluruh Kerajaan Yunani. Sejak abad ke-5 mulai didirikan sekolah-sekolah retorika di dalam wilayah-wilayah yang berkebudayaan helenistis. Dengan itu retorika menjadi salah satu bidang ilmu yang diajarkan kepada generasi muda yang dipersiapkan untuk memimpin negara. Retorika dalam abad-abad ini menjadi salah satu bidang ilmu yang menyaingi filsafat. Ia menjadi kesenian untuk membina dan memimpin manusia. Beberapa ahli pidato pada masa ini adalah Gorgias dari Leontinoi (485-380); Protagoras dari Abdera (480-410) dan Thrasymachus dari Kalsedon (300-200). Selain itu muncul juga ahli-ahli pidato lain yang terkenal seperti Socrates (470-399). Menurut Socrates, yang juga ahli filsafat, retorika adalah seni untuk membawakan dan menyampaikan pengetahuan yang sudah ada secara meyakinkan. Retorika harus mencari kebenaran dan bukannya mempermainkan kata-kata kosong. Seorang muridnya bernama Aristoteles (384-322). Ia sangat menghargai retorika sebagai partner yang otonom dari dialektika. Ia mengarang sebuah buku retorika yang terkenal dan masih memiliki pengaruh yang kuat terhadap retorika dewasa ini. Ahli pidato terbesar sepanjang masa dari zaman Yunani kuno adalah Demosthenes (384-322). Dia adalah putra seorang Yunani yang menikah dengan wanita Skyth. Tentang Demosthenes dikatakan bahwa ia mengalami tekanan batin yang berat dan rasa takut yang besar. Tetapi berkat latihan yang tabah, ia dapat mengatasi segala kesulitan itu, sehingga akhirnya menjadi seorang retor yang terkenal. Setelah meninggal, warga kota Athena mendirikan satu tugu dan sebuah patung untuk memperingati dia. Pada tugu itu tertulis, "Hai Demosthenes, andaikan engkau memiliki cukup kuasa, seperti kebijaksanaanmu, maka tak pernah Raja Makedonia akan menjadi penguasa bangsa Yunani."
Setelah Yunani dikuasai bangsa Makedonia dan Romawi, maka berakhirlah masa kejayaan ilmu retorika Yunani kuno. Retorika hanya masih merupakan ilmu yang dipelajari di bangku-bangku sekolah.
2. Zaman Romawi Kuno
Setelah Kerajaan Romawi menguasai Yunani, terjadilah kontak antara kaum cendekiawan Romawi dan Yunani. Orang-orang Romawi mempelajari kebudayaan bangsa Yunani, terutama ilmu kepandaian berbicara yang tengah berkembangdi Yunani. Oleh karena itu pelajaran tentang ilmu retorika mulai diberikan di sekolah-sekolah. Apabila ada murid yang berbakat dalam hal berpidato, maka sesudah mereka dibekali pengetahuan teoretis tentang retorika, mereka disuruh mengunjungi tempat-tempat pengadilan di mana mereka sendiri langsung menyaksikan bagaimana sebuah pidato dibawakan secara bebas oleh seorang ahli depan pengadilan dan di depan publik. Berdasarkan pengalaman praktis ini, para murid melengkapi petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh gurunya di sekolah. Orang-orang Romawi yang terkenal dalam ilmu retorika adalah:
Cato Senior (234-149).
Ia menjadi terkenal lewat pidatonya yang mengajak rakyat kekaisaran Romawi untuk membinasakan kota Cartago di Afrika Utara. Judul pidato itu Carthago delenda est. Dalam perkembangan selanjutnya, pengaruh para retor dari Yunani yang hidup dan bekerja di kota Roma menjadi sangat besar di antara kaum muda yang ingin mempelajari ilmu retorika. Hal ini mencemaskan golongan konservatif di kota Roma. Mereka berpendapat bahwa orang-orang Yunani dapat mempengaruhi dan memperlemah pendidikan dan mental kaum muda. Oleh karena itu di bawah pemerintahan Konsulat FANNIUS dan Messala (161), Senat mengeluarkan satu keputusan untuk mengusir semua ahli filsafat dan retorika yang berkebangsaan Yunani dari kota Roma. Cato adalah salah seorang yang secara tegas menyokong kebijaksanaan Senat ini.
Tapi keinginan kaum muda untuk mempelajari filsafat dan retorika tidak dapat dibendung. Sekitar abad kedua sebelum masehi, akhirnya pemerintah Romawi memanggil kembali para retor Yunani ke kota Roma. Sejak saat itu mereka mendirikan sekolah-sekolah retorika, di mana orang Yunani menjadi guru. Dengan cara ini pengaruh helenistis mulai merembes kuat di kalangan orang Romawi. Sedangkan kaum muda dari Roma sering pergi ke Yunani, terutama ke kota Athena dan pulau Rhodos, untuk mempelajari ilmu filsafat dan retorika. Sejak saat ini, ilmu retorika berkembang pesat di dalam seluruh kekaisaran Romawi.
Orang Romawi, dalam perkembangan selanjutnya, membina suatu ilmu retorika dan dialektika, yang cocok untuk para pembela perkara, pimpinan pemerintahan dan kaum militer. Ilmu retorik, menjadi salah satu ilmu pengetahuan yang dipelajari oleh orang Romawi dengan penuh semangat. Di kota Roma orang mulai menjajagi dan sadar bahwa ilmu retorika adalah salah satu wadah untuk menguasai massa (Herrschaftswissen).
Di samping Cato Senior, masih ada sejumlah retor yang terkenal dalam seluruh Kekaisaran Romawi, seperti:
Marcus Tullius Cicero (106-44)
Hingga dewasa ini, Marcus Tullius Cicero tetap diakui sebagai ahli pidato terbesar dari Kekaisaran Romawi. Pidatonya yang terkenal adalah pidato melawan CATILINA (Contra Catilinam). Ia juga menulis mengenai teori berpidato, yang sampai saat ini masih kuat mempengaruhi ilmu retorika. Sebelum Cicero masih ada beberapa ahli pidato yang patut disebut namanya seperti Tiberius, Caiss Graecchus, M. ANTONIUS, Q. HORTENSIUS HORTULUS, M. LICINIUS CRASSUS dan CATO JUNIOR.
GAIUS IULIUS CAESAR (100-44)
IULIUS CAESAR adalah seorang diktator. Tentang dia, ahli Sejarah SUETONIUS menulis, "Dalam soal kepandaian berpidato dan berperang, CAESAR adalah orang yang paling masyhur dan tepat." Pidatonya yang termasyhur di hadapan para legioner – yang daya tempur dan semangat juangnya sudah mulai pudar (Perang Galia, 1, Bab 40) –adalah sepenggal retorika yang paling baik dari seni menimbulkan motivasi secara psikologis dan juga menunjukkan betapa kuat daya sugesti CAESAR yang mau mengakhiri negara Republik Romawi.
Judul: Retorika
Penulis: Dori Wuwur Hendrikus
Penerbit: KANISIUS, 2009
BAB I
RETORIKA
A. PENGERTIAN RETORIKA
1. Arti Retorika
Titik tolak retorika adalah berbicara. Berbicara berarti mengucapkan kata atau kalimat kepada seseorang atau sekelompok orang, untuk mencapai suatu tujuan tertentu (misalnya memberikan informasi ata memberi motivasi). Berbicara adalah salah satu kemampuan khusus pada manusia. Oleh karena itu pembicaraan itu setua umur bangsa manusia. Bahasa dan pembicaraan itu muncul, ketika manusia mengungkapkan dan menyampaikan pikirannya kepada manusia lain.
Retorika berarti kesenian untuk berbicara baik (Kunst, gut zu reden atau Ars bene dicendi), yang dicapai berdasarkan bakat alam (talenta) dan keterampilan teknis (ars, techne), Dewasa ini retorika diartikan sebagai kesenian untuk berbicara baik, yang dipergunakan dalam proses komunikasi antarmanusia. Kesenian berbicara ini bukan hanya berarti berbicara lancar tanpa jalan pikiran yang jelas dan tanpa isi, melainkan suatu kemampuan untuk berbicara dan berpidato secara singkat, jelas, padat dan mengesankan. Retorika modern mencakup ingatan yang kuat, daya kreasi dan fantasi yang tinggi, teknik pengungkapan yang tepat dan daya pembuktian serta penilaian yang tepat. Retorika modern adalah gabungan yang serasi antara pengetahuan, pikiran, kesenian dan kesanggupan berbicara. Dalam bahasa percakapan atau bahasa populer, retorika berarti pada tempat yang tepat, pada waktu yang tepat, atas cara yang lebih efektif, mengucapka kata-kata yang tepat, benar dan mengesankan. Itu berarti orang harus dapat berbicara jelas, singkat dan efektif. Jelas supaya mudah dimengerti; singkat untuk menghemat waktu dan sebagai tanda kepintaran dan efektif karena apa gunanya berbicara kalau tidak membawa efek? Dalam konteks ini sebuah pepatah Cina mengatakan, "Orang yang menembak banyak, belum tentu seorang penembak yang baik. Orang yang berbicara banyak tidak selalu berarti seorang yang pandai bicara."
Keterampilan dan kesanggupan untuk menguasai seni berbicara ini dapat dicapai dengan mencontoh para retor yang terkenal (imitatio), dengan mempelajari dan mempergunakan hukum-hukum retorika (doctrina) dan dengan melakukan latihan yang teratur (exercitium). Dalam seni berbicara dituntut juga penguasaan bahan (res) dan pengungkapan yang tepat melalui bahasa (verba).
2. Retorika, Dialektika dan Elocutio
Ilmu retorika mempunyai hubungan yang erat dengan dialektika yang sudah dikembangkan sejak zaman Yunani kuno. Dialektika adalah metode untuk mencari kebenaran lewat diskusi dan debat. Melalui dialektika, orang dapat mengenal dan menyelami suatu masalah (intellectio), mengemukakan argurmentasi (inventio) dan menyusun jalan pikiran secara logis (dispositio). Retorika mempunyai hubungan dengan dialektika karena debat dan diskusi juga merupakan bagian dari ilmu retorika.
Elocutio berarti kelancaran berbicara. Dalam retorika kelancaran berbicara sangat dituntut. Elocutio menjadi prasyarat kepandaian berbicara. Oleh karena itu retorika juga berhubungan erat dengan elocutio.
B. APAKAH RETORIKA DAPAT DIPELAJARI?
Sebuah pepatah bahasa latin berbunyi: "Poeta nascitur, orator fit." Artinya, "seorang penyair dilahirkan, tetapi seorang ahli pidato dibina." Sejak dua ribu tahun terbukti bahwa banyak orang menjadi ahli pidato, karena mereka mempelajari teknik berbicara dan tekun melakukan latihan berbicara. Mereka pernah berani memulai berbicara di depan orang banyak, sesudah itu mempelajari teknik berbicara, lalu membuat latihan secara tekun sampai menguasai teknik berbicara dan berpidato. Dua contoh dalam sejarah:
1. Demosthenes (384-322)
Demosthenes menceriterakan bahwa sejak lahir dia memiliki kekurangan dalam berbicara. Untuk mengatasi kesulitan ini, dia pergi ke pantai laut, menaruh kerikil dalam mulutnya, dan berusaha berbicara dengan ucapan yang jelas dan dengan suara yang sekuat mungkin untuk bisa mengatasi gemuruh hempasan ombak, dan usaha ini berhasil. Demosthenes akhirnya menjadi seorang ahli pidato termasyhur dalam Kerajaan Yunani kuno.
2. Winston Churchill (1874-1965)
Untuk dapat berpidato di depan Parlemen Inggris, Winston Churchill mempersiapkan diri secara intensif. Berhari-hari dia mencoba dan membuat latihan membaca dan berpidato. Beberapa bagian penting dari pidatonya malah dihafalkan. Usaha yang tekun ini akhirnya menjadikan Winston Churchill seorang ahli pidato terkenal dalam abad ini.
Orang-orang yang bersifat introvert dapat mengalami kesulitan untuk mengungkapkan diri lewat bahasa. Demikian juga dalam mempelajari ilmu retorika. Sebaliknya, mempelajari retorika lebih mudah bagi mereka yang bersifat ekstrovert. Tetapi kepada setiap orang dianugerahkan kemampuan yang cukup untuk bisa berkomunikasi. Justru keberhasilan dalam proses komunikasi dan dalam menguasai teknik dan seni berbicara tergantung dari usaha untuk mengembangkan kemampuan itu dan berusaha secara optimal untuk melatih diri. Oleh karena itu seni berbicara dapat dikuasai, retorika dapat dipelajari!
C. PEMBAGIAN RETORIKA
Retorika adalah bagian dari ilmu bahasa (Linguistik), khususnya ilmu bina bicara (Sprecherziehung). Retorika sebagai bagian dari ilmu bina bicara ini mencakup:
1. Monologika
Monologika adalah ilmu tentang seni berbicara secara monolog, di mana hanya seorang yang berbicara. Bentuk-bentuk yang tergolong dalam monologika adalah pidato, kata sambutan, kuliah, makalah, ceramah dan deklamasi. (Lihat: Bab 2)
2. Dialogika
Dialogika adalah ilmu tentang seni berbicara secara dialog, di mana dua orang atau lebih berbicara atau mengambil bagian dalam satu proses pembicaraan. Bentuk dialogika yang penting adalah diskusi, tanya jawab, perundingan, percakapan dan debat. (Lihat: Bab 3)
3. Pembinaan Teknik Bicara
Efektivitas monologika dan dialogika tergantung juga pada teknik bicara. Teknik bicara merupakan syarat bagi retorika. Oleh karena itu pembinaan teknik bicara merupakan bagian yang penting dalam retorika. Dalam bagian ini, perhatian lebih diarahkan pada pembinaan teknik nafas, teknik mengucap, bina suara, teknik membaca dan bercerita (Lihat: Bab 5)
D. ALASAN UNTUK MEMPELAJARI RETORIKA
Quintilianus mengatakan: "Tidak ada anugerah yang lebih indah, yang diberikan dewa, daripada keluhuran berbicara."
St. Agustinus, yang juga seorang retor, mengatakan: "Kepandaian berbicara adalah seni yang mencakup segala-galanya."
Seuah pepatah tua mengatakan, "Berbicaralah, supaya saya dapat melihat dan mengenal anda."
Martin Luther berpendapat, "Siapa yang pandai berbicara adalah seorang manusia; sebab berbicara adalah kebijaksanaan; dan kebijaksanaan adalah berbicara."
Di atas selembar Papirus yang ditemukan di dalam sebuah makam tua di Mesir tertulis, "Binalah dirimu menjadi seorang ahli pidato, sebab dengan itu engkau akan menang."
Mengapa orang belajar retorika? Mengapa orang mau menguasai ilmu pandai bicara?
Di dalam masyarakat umumnya dicari para pemimpin atau orang-orang berpengaruh, yang memiliki kepandaian di dalam hal berbicara. Juga di bidang-bidang lain seperti perindustrian, perekomian dan bidang sosial, kepandaian berbicara atau keterampilan mempergunakan bahasa secara efektif sangat diandalkan. Menguasai kesanggupan berbahasa dan keterampilan berbicara menjadi alasan utama keberhasilan orang-orang terkenal di dalam Sejarah Dunia seperti: Demosthenes, Socrates, J. Caesar, St Agustinus, St Ambosius, Martin Luther, Martin Luther King, J.F. Kennedy, Soekarno dan lain-lain.
Dalam Sejarah Dunia justru kepandaian berbicara atau berpidato merupakan instrumen utama untuk mempengaruhi massa. Bahasa dipergunakan untuk meyakinkan orang lain. Ketidakmampuan mempergunakan bahasa, sehingga tidak jelas mengungkapkan masalah atau pikiran akan membawa dampak negatif dalam hidup dan karya seorang pemimpin. Oleh karena itu, pengetahuan tentang retorika dan ilmu komunikasi yang memadai akan membawa keuntungan bagi pribadi bersangkutan dalam bidang-bidang di bawah ini:
1. Kemampuan Pribadi
Menguasai ilmu retorika dan keterampilan dalam mempergunakan bahasa secara tepat, dapat meningkatkan kemampuan pribadi orang yang bersangkutan. Keuntungan-keuntungannya antara lain:
• rasa tertekan, tegang, takut dan cemas di depan publik dapat dikurangi atau dilenyapkan
• rasa pasti terhadap diri dapat dipupuk dan bertumbuh
• kesadaran dan kepercayaan terhadap diri dapat semakin bertambah
• dia dapat mengalami perkembangan dalam hal tekni 4 bersuara
• artikulasi dalam mengucapkan kata-kata menjadi lebih jelas
• bahasanya dapat memiliki daya persuasi
• lewat komunikasi retoris kemampuan pedagogis dan psikologis dapat dibina
• kemampuan untuk berbicara secara spontan (improvisasi) dapat dikembangkan
• kemampuan untuk memberi motivasi dapat dipertinggi
• dapat menjadi lebih terampil dan cekatan dalam mengemukakan dan mempertahankan pendapat atau ide
• dapat memperluas perbendaharaan kata
• dapat mengkoordinasi dengan lebih mudah mimik dan gerak-gerik selama berbicara atau berdialog
• kesediaan untuk mendengarkan orang lain dapat dikembangkan
• keterampilan untuk mengolah artikel dapat dikembangkan
2. Keberhasilan Pribadi
Orang yang menguasai ilmu retorika dan terampil dalam mempergunakan bahasa, dapat mengalami banyak sukses dalam hidup dan karyanya antara lain:
• mengalami kemudahan dalam proses berkomunikasi
• baginya terbuka kesempatan dan kemungkinan yang lebih luas untuk mendapat kerja
• dapat lebih berhasil dalam usaha-usaha pribadi
• lebih mudah mendapat pengakuan dan penghargaan dari orang lain
• memperoleh kemungkinan lebih besar untuk menanam pengaruh
• pengertian terhadap orang lain semakin terbina
• dapat terbina sikap batin yang positif terhadap sesama dan dunia sekitar, yang dapat memperbesar sukses dalam hidup dan karyanya.
3. Tugas dan Jabatan
Dalam mengembang suatu tugas atau jabatan, penguasaan ilmu retorika dapat memberi keuntungan-keuntungan sebagai berikut:
• orang dapat mengemukakan pikiran secara singkat, jelas tetapi padat, sehingga mudah meyakinkan orang lain
• orang memiliki keterampilan dan kekuatan dalam mempertahankan pikiran atau pendapat
• orang dapat membina relasi yang menguntungkan dengan organisasi, perusahaan, institut atau partai-partai politik
• penguasaan yang lebih baik tentang seni membawakan ceramah atau pidato dalam situasi atau kesempatan-kesempatan penting
• membantu dalam memperluas orientasi dan wawasan pribadi
• mempertinggi keterampilan para produsen untuk menjuaI dan menawarkan hasil-hasil produksinya.
• memperluas pengetahuan, khususnya mengenai sumber-sumber informasi
• memperkecil kemungkinan kesalahan komunikasi, yang dapat membawa dampak negatif bagi tugas dan jabatan.
4. Kehidupan pada umumnya
Secara umum penguasaan ilmu retorika dapat mendatangkan keuntungan-keuntungan di bawah ini:
• memberi kesempatan dan kemungkinan untuk mengontrol diri
• dalam proses komunikasi yang sering, orang dapat menjadi semakin terbuka terhadap diri sendiri dan terhadap orang lain
• menghantar orang yang bersangkutan ke dalam bidang interese yang baru
• mengaktifkan dan mengembangkan kesanggupan-kesanggupan laten
• lewat proses komunikasi retoris dapat terbina sikap objektif dan toleran
• menjadi lebih lincah dalam pergaulan dan komunikasi antarmanusia.
5. Rangkuman
Uraian di atas menunjukkan bahwa retorika merupakan satu bidang ilmu yang penting dewasa ini. Banyak wanita dan pria dalam sejarah, memperoleh sukses besar dalam hidup dan kariernya sebagai pemimpin, berkat penguasaan ilmu retorika, sebab penguasaan teknik berbicara akan mempertinggi kepercayaan terhadap diri dan memberi rasa pasti kepada orang yang bersangkutan. Bagi para pemimpin, retorika adalah alat penting untuk mempengaruhi dan menguasai manusia. Bagi para penjual, kepandaian berbicara merupakan sarana penting untuk menjualbelikan barang dagangannya.
Siapa yang menguasai ilmu retorika dan mempergunakannya secara wajar akan mendapat sukses dalam hidup dan karyanya!
E. SEJARAH RETORIKA
Pada tahun 467 sebelum Masehi, Korax seorang Yunani dan muridnya Teisios (keduanya berasal dari Syrakuse-Sisilia) menerbitkan sebuah buku yang pertama tentang Retorika. Tetapi retorika, sebagai seni dan kepandaian berbicara, sudah ada dalam sejarah jauh lebih dahulu. Misalnya dalam kesusasteraan Yunani kuno, Homerus dalam Ilias dan Odysee menulis pidato yang panjang. Juga bangsa-bangsa seperti Mesir, India dan Cina sudah mengembangkan seni berbicara jauh hari sebelumnya.
Secara sistematis ilmu retorika memang pertama-tama dikembangkan di Yunani. Pembeberan sistematis yang pertama mengenai kepandaian berbicara dalam bahasa Yunani dikenal dengan nama: Techne rhetorike, yang berarti Ilmu tentang Seni Berbicara.
Di bawah ini akan dibeberkan perkembangan ilmu retorika secara garis besar yang berawal dari zaman kuno, berlanjut sampai pada abad pertengahan hingga dewasa ini.
1. Zaman Yunani Kuno
Unsur-unsur ilmu retorika sudah dikembangkan di Yunani, sebelum buku yang ditulis oleh Korax dan Teisios diterbitkan. Sejak abad ke-7 sampai ke-5 sebelum Masehi, sudah ada ahli-ahli pidato terkenal Yunani kuno seperti: Solon (640-560); Peisistratos (600-527) dan Thenustokles (525-460).
Seorang politikus dan negarawan yang juga menjadi seorang ahli pidato yang terkenal dalam zaman ini adalah PERIKLES (500-429). Para pengagumnya mengatakan bahwa dewi-dewi seni berbicara yang memiliki daya tarik memukau bertakhta di atas lidahnya. PERIKLES sebagai seorang ahli pidato tidak akan dilupakan oleh bangsa Yunani, berkat sebuah pidato yang diucapkannya bagi para pahlawan di kota Athena, yang kemudian diterbitkan oleh ahli Sejarah Thukydides. Sekitar akhir abad ke-5 sebelum Masehi, muncul lagi beberapa ahli pidato yang sangat dikagumi seperti Alkibiades Theramenes dan Kritios.
Pada mulanya para ahli pidato di Yunani hanya berbicara di dalam ruangan pengadilan. Tetapi sesudah memperhatikan bahwa kepandaian berbicara berguna untuk memimpin negara, maka orang mulai menyusunnya dan disebut retorika, sehingga mudah dipelajari. Usaha ini dijalankan pertama-tama di daerah koloni Yunani di Sisilia, di mana kekuasaan tiran mulai punah dan dimana kebebasan berbicara mulai dijunjung tinggi. Usaha yang sama segera dikembangkan di kota Athena dan di seluruh Kerajaan Yunani. Sejak abad ke-5 mulai didirikan sekolah-sekolah retorika di dalam wilayah-wilayah yang berkebudayaan helenistis. Dengan itu retorika menjadi salah satu bidang ilmu yang diajarkan kepada generasi muda yang dipersiapkan untuk memimpin negara. Retorika dalam abad-abad ini menjadi salah satu bidang ilmu yang menyaingi filsafat. Ia menjadi kesenian untuk membina dan memimpin manusia. Beberapa ahli pidato pada masa ini adalah Gorgias dari Leontinoi (485-380); Protagoras dari Abdera (480-410) dan Thrasymachus dari Kalsedon (300-200). Selain itu muncul juga ahli-ahli pidato lain yang terkenal seperti Socrates (470-399). Menurut Socrates, yang juga ahli filsafat, retorika adalah seni untuk membawakan dan menyampaikan pengetahuan yang sudah ada secara meyakinkan. Retorika harus mencari kebenaran dan bukannya mempermainkan kata-kata kosong. Seorang muridnya bernama Aristoteles (384-322). Ia sangat menghargai retorika sebagai partner yang otonom dari dialektika. Ia mengarang sebuah buku retorika yang terkenal dan masih memiliki pengaruh yang kuat terhadap retorika dewasa ini. Ahli pidato terbesar sepanjang masa dari zaman Yunani kuno adalah Demosthenes (384-322). Dia adalah putra seorang Yunani yang menikah dengan wanita Skyth. Tentang Demosthenes dikatakan bahwa ia mengalami tekanan batin yang berat dan rasa takut yang besar. Tetapi berkat latihan yang tabah, ia dapat mengatasi segala kesulitan itu, sehingga akhirnya menjadi seorang retor yang terkenal. Setelah meninggal, warga kota Athena mendirikan satu tugu dan sebuah patung untuk memperingati dia. Pada tugu itu tertulis, "Hai Demosthenes, andaikan engkau memiliki cukup kuasa, seperti kebijaksanaanmu, maka tak pernah Raja Makedonia akan menjadi penguasa bangsa Yunani."
Setelah Yunani dikuasai bangsa Makedonia dan Romawi, maka berakhirlah masa kejayaan ilmu retorika Yunani kuno. Retorika hanya masih merupakan ilmu yang dipelajari di bangku-bangku sekolah.
2. Zaman Romawi Kuno
Setelah Kerajaan Romawi menguasai Yunani, terjadilah kontak antara kaum cendekiawan Romawi dan Yunani. Orang-orang Romawi mempelajari kebudayaan bangsa Yunani, terutama ilmu kepandaian berbicara yang tengah berkembangdi Yunani. Oleh karena itu pelajaran tentang ilmu retorika mulai diberikan di sekolah-sekolah. Apabila ada murid yang berbakat dalam hal berpidato, maka sesudah mereka dibekali pengetahuan teoretis tentang retorika, mereka disuruh mengunjungi tempat-tempat pengadilan di mana mereka sendiri langsung menyaksikan bagaimana sebuah pidato dibawakan secara bebas oleh seorang ahli depan pengadilan dan di depan publik. Berdasarkan pengalaman praktis ini, para murid melengkapi petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh gurunya di sekolah. Orang-orang Romawi yang terkenal dalam ilmu retorika adalah:
Cato Senior (234-149).
Ia menjadi terkenal lewat pidatonya yang mengajak rakyat kekaisaran Romawi untuk membinasakan kota Cartago di Afrika Utara. Judul pidato itu Carthago delenda est. Dalam perkembangan selanjutnya, pengaruh para retor dari Yunani yang hidup dan bekerja di kota Roma menjadi sangat besar di antara kaum muda yang ingin mempelajari ilmu retorika. Hal ini mencemaskan golongan konservatif di kota Roma. Mereka berpendapat bahwa orang-orang Yunani dapat mempengaruhi dan memperlemah pendidikan dan mental kaum muda. Oleh karena itu di bawah pemerintahan Konsulat FANNIUS dan Messala (161), Senat mengeluarkan satu keputusan untuk mengusir semua ahli filsafat dan retorika yang berkebangsaan Yunani dari kota Roma. Cato adalah salah seorang yang secara tegas menyokong kebijaksanaan Senat ini.
Tapi keinginan kaum muda untuk mempelajari filsafat dan retorika tidak dapat dibendung. Sekitar abad kedua sebelum masehi, akhirnya pemerintah Romawi memanggil kembali para retor Yunani ke kota Roma. Sejak saat itu mereka mendirikan sekolah-sekolah retorika, di mana orang Yunani menjadi guru. Dengan cara ini pengaruh helenistis mulai merembes kuat di kalangan orang Romawi. Sedangkan kaum muda dari Roma sering pergi ke Yunani, terutama ke kota Athena dan pulau Rhodos, untuk mempelajari ilmu filsafat dan retorika. Sejak saat ini, ilmu retorika berkembang pesat di dalam seluruh kekaisaran Romawi.
Orang Romawi, dalam perkembangan selanjutnya, membina suatu ilmu retorika dan dialektika, yang cocok untuk para pembela perkara, pimpinan pemerintahan dan kaum militer. Ilmu retorik, menjadi salah satu ilmu pengetahuan yang dipelajari oleh orang Romawi dengan penuh semangat. Di kota Roma orang mulai menjajagi dan sadar bahwa ilmu retorika adalah salah satu wadah untuk menguasai massa (Herrschaftswissen).
Di samping Cato Senior, masih ada sejumlah retor yang terkenal dalam seluruh Kekaisaran Romawi, seperti:
Marcus Tullius Cicero (106-44)
Hingga dewasa ini, Marcus Tullius Cicero tetap diakui sebagai ahli pidato terbesar dari Kekaisaran Romawi. Pidatonya yang terkenal adalah pidato melawan CATILINA (Contra Catilinam). Ia juga menulis mengenai teori berpidato, yang sampai saat ini masih kuat mempengaruhi ilmu retorika. Sebelum Cicero masih ada beberapa ahli pidato yang patut disebut namanya seperti Tiberius, Caiss Graecchus, M. ANTONIUS, Q. HORTENSIUS HORTULUS, M. LICINIUS CRASSUS dan CATO JUNIOR.
GAIUS IULIUS CAESAR (100-44)
IULIUS CAESAR adalah seorang diktator. Tentang dia, ahli Sejarah SUETONIUS menulis, "Dalam soal kepandaian berpidato dan berperang, CAESAR adalah orang yang paling masyhur dan tepat." Pidatonya yang termasyhur di hadapan para legioner – yang daya tempur dan semangat juangnya sudah mulai pudar (Perang Galia, 1, Bab 40) –adalah sepenggal retorika yang paling baik dari seni menimbulkan motivasi secara psikologis dan juga menunjukkan betapa kuat daya sugesti CAESAR yang mau mengakhiri negara Republik Romawi.