Sabtu, 07 Mei 2011

ANDRAGOGI

JURNAL ILMIAH
Judul: Andragogi, Suatu Orientasi Baru dalam Pembelajaran
Penulis: Nurhaeni Ds, Universitas Muhammadiyah Makassar
Penerbit: Jurnal Pilar, 2010

Abstrak
Istilah Pedagogi nampaknya tidak cocok dipakai untuk menjelaskan tentang ilmu dan seni dalam membantu orang dewasa belajar. Hal ini memunculkan suatu masalah yang tidak disadari bahwa dalam istilah pedagogi terdapat kata "Paid" yang berarti anak. Demikian juga dalam istilah pedagogi tentang konsep tujuan pendidikan, yaitu penyampaian pengetahuan pada anak-anak. Atas dasar itulah sehingga pendidikan kemudian diartikan sebagai proses penyampaian pengetahuan. Mendefinisikan pendidikan sebagai proses penyampaian ternyata kurang sesuai dengan perkembangan dan kehidupan manusia. Oleh karena itu dewasa ini telah muncul suatu teori baru cara membelajarkan orang dewasa yang dikenal dengan istilah Andragogi, yaitu suatu ilmu dan seni dalam membantu orang dewasa belajar, yang secara prinsip asumsi yang digunakan berbeda dengan Pedagogi, terutama mengenai konsep diri, pengalaman, kesiapan belajar, dan orientasi terhadap belajar.
Kata kunci: Andragogi, orientasi baru, pembelajaran

A. PENDAHULUAN
Pengetahuan tentang belajar kebanyakan diperoleh dari pengalaman atau penelitian tentang belajar pada anak-anakataupun binatang. Demikian pula halnya dengan pengetahuan tentang pengajaran, kebanyakan diperoleh dari pengalaman pengajaran anak-anak dalam situasi di mana anak-anak tersebut diwajibkan untuk mengikuti suatu proses belajar¬ mengajar yang berlangsung di lembaga-lembaga pendidikan formal. Pelaksanaan proses belajar-mengajar tersebut didasarkan pada definisi pendidikan sebagai suatu proses penyampaian kebudayaan.
Definisi pendidikan tersebut pada dasarnya bersumber dari suatu istilah pendidikan yaitu Pedagogi. Istilah pedagogi ini berasal dari bahasa Yunani "paid' artinya anak dan "agogos" yang artinya membimbing. Itulah sebabnya istilah pedagogi dapat diartikan sebagai Ilmu dan seni mengajar anak (the art and science of teaching children).
Dalam perkembangan penggunaan istilah tersebut, muncul suatu masalah yaitu kata "anak" sebagai bagian integral dari pengertian istilah pedagogi telah hilang, sehingga dalam pemikiran manusia yang juga telah ditulis dalam buku-buku pendidikan dan kamus, di mana istilah pedagogi diartikan sebagai seni dan ilmu mengajar. Bahkan dalam buku-buku tentang pendidikan orang dewasa ditemukan istilah "Pedagogy of Adult Education". Orang rupanya tidak menyadari bahwa dalam istilah pedagogi terdapat kata "paid" yang berarti anak, sehingga istilah pedagogi sangat tidak cocok dipakai untuk menjelaskan tentang ilmu dan seni dalam membantu orang dewasa belajar. Masalah lain yang muncul sehubungan dengan pengertian yang ditarik dari istilah pedagogi ialah tentang konsep tujuan pendidikan, yaitu penyampaian pengetahuan pada anak-anak. Atas dasar itu pendidikan kemudian diartikan sebagai proses penyampaian pengetahuan. Mendefinisikan pendidikan sebagai proses penyampaian ternyata kurang sesuai dengan perkembangan dan kehidupan manusia.
Selain itu, masalah yang timbul dalam pengertian pedagogi adalah adanya pandangan yang mengemukakan bahwa tujuan pendidikan itu bersifat mentransmisikan pengetahuan. Tetapi di lain pihak perubahan yang terjadi seperti inovasi dalam teknologi, mobilitas penduduk, perubahan sistem ekonomi, politik dan sejenisnya begitu cepat terjadi. Dalam kondisi seperti ini pengetahuan yang diperoleh seseorang ketika ia berumur 20 tahun akan menjadi usang ketika ia berumur 40 tahun. Jika demikian halnya, maka pendidikan sebagai suatu proses transmisi pengetahuan sudah tidak sesuai dengan kebutuhan modern. Oleh karena itu pendidikan sekarang tidak lagi dirumuskan sebagai upaya untuk mentransmisikan pengetahuan, tetapi dirumuskan sebagai suatu proses penemuan sepanjang hayat terhadap apa yang dibutuhkan untuk diketahui.
Dewasa ini di kalangan para ahli pendidikan orang dewasa telah berkembang baik di Eropa maupun di Amerika, suatu teori mengenai cara mengajar orang dewasa. Untuk membedakan dengan pedagogi, maka teori barn tersebut di kenal dengan nama Andragogi yang berasal dari bahasa Yunani yaitu "andr" yang berarti orang dewasa dan "agogos" yang berarti memimpin atau membimbing. Dengan demikian, andragogi dirumuskan sebagai suatu ilmu dan seni dalam membantu orang dewasa belajar.

B. ASUMSI ANDRAGOGI DAN PEDAGOGI
Ada perbedaan mendasar mengenai asumsi yang digunakan oleh Andragogi dan Pedagogi terutama dari aspek konsep diri, pengalaman, kesiapan belajar dan orientasi terhadap belajar. Asumsi itu dapat dikemukakan sebagai berikut:
• Konsep Diri
Menurut Knowles, dalam pendekatan pedagogi peranan peserta didik bergantung pada guru. Dalam hal ini, guru diharapkan oleh masyarakat memegang tanggungjawab penuh untuk menentukan apa yang akan dipelajari oleh pada peserta didik, kapan waktunya belajar, bagaimana cara mempelajarinya, dan apakah suatu bahan telah selesai dipelajari atau belum. Sedangkan dalam pendekatan andragogi, proses pematangan manusia merupakan kewajaran bagi seorang individu untuk bergerak dari ketergantungan ke arah kemandirian. Perpindahan ini secara bertahap dan dengan kecepatan yang berbeda-beda sesuai dengan orang dan dimensi kehidupannya. Para guru orang dewasa bertanggungjawab untuk menggalakkan dan memelihara gerakan ini. Orang dewasa mempunyai kebutuhan psikologis yang dalam untuk mandiri, meskipun dalam situasi-situasi tertentu bergantung pada pihak lain.

• Pengalaman.
Peranan pengalaman yang dibawa peserta didik ke situasi belajar kurang bernilai. Hal itu mungkin hanya sebagai titik tolak. Pengalaman yang akan menjadi sumber belajar yang utama bagi peserta didik adalah pengalaman para guru, penulis buku, pencipta Audio-Visual Aids dan ahli-ahli lainnya. Karena itu, teknik utama yang digunakan adalah teknik penerusan atau pemindahan (ceramah, tugas dan sebagainya). Dalam andragogi, selama manusia tumbuh dan berkembang mereka menyimpan banyak pengalaman dan karena itu akan menjadi sumber yang tak habis-habisnya untuk belajar, baik bagi mereka secara pribadi maupun bagi orang lain. Lagi pula orang memberikan arti yang lebih besar kepada pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman daripada yang diperoleh secara pasif. Karena itu teknik utama yang digunakan adalah teknik pengalaman (eksperimen, laboratorium, diskusi, pemecahan persoalan, pengalaman lapangan dan sebagainya).

• Kesiapan Belajar.
Orang siap mempelajari apapun yang dikehendaki masyarakat terutama sekolah untuk mereka pelajari, asalkan tekanan ini cukup berat bagi mereka. Sebagian orang yang sebaya siap untuk mempelajari bahan yang sama. Karena itu pelajaran hendaknya diatur ke dalam suatu kurikulum yang benar-benar baku, dengan suatu penjenjangan yang seragam bagi semua peserta didik. Dalam andragogi, orang menjadi siap untuk mempelajari sesuatu bila mereka merasakan kebutuhan untuk mempelajari hal itu, dengan tujuan agar dapat menyelesaikan tugas atau persoalan hidup mereka dengan yang lebih memuaskan. Pendidik memegang tanggungjawab menciptakan kondisi dan menyediakan alat-alat serta prosedur untuk membantu para peserta didik menemukan kebutuhan atau keingintahuan mereka. Dengan demikian program belajar hendaknya disusun menurut kategori penerapan hidup dan diurutkan sesuai dengan kesiapan belajar peserta didik.

• Orientasi Terhadap Belajar
Para peserta didik melihat pendidikan sebagai suatu proses untuk memperoleh bahan pelajaran, yang sebagian besar mereka anggap hanya akan berguna di kemudian hari. Karena itu kurikulum seharusnya diatur menjadi satuan-satuan pelajaran yang mengikuti urutan logika mata pelajaran bersangkutan. Jadi orientasi mereka berpusat pada mata pelajaran. Sebaliknya dalam andragogi, para peserta didik memandang pendidikan sebagai suatu proses pengembangan kemampuan untuk mencapai potensi kehidupan yang paripurna. Mereka ingin dapat menerapkan pengetahuan dan keterampilan apapun yang mereka peroleh saat ini untuk kehidupan esok yang lebih efektif. Karena itu, pengalaman belajar seharusnya disusun menurut kategori-kategori pengembangan kemampuan. Jadi orientasi mereka terhadap belajar berpusat pada karya atau prestasi. Dari asumsi dasar tersebut di atas dapat dikemukakan bahwa:
1. Orang dewasa mempunyai konsep diri, yaitu suatu pribadi yang tidak tergantung kepada orang lain yang mempunyai kemampuan mengarahkan dirinya sendiri dan kemampuan mengambil keputusan.
2. Orang dewasa mempunyai kekayaan pengalaman yang merupakan sumber yang penting dalam belajar.
3. Kesiapan belajar orang dewasa berorientasi kepada tugas-tugas perkembangannya sesuai dengan peranan sosialnya.
4. Orang dewasa mempunyai perspektif waktu dalam belajar, dalam arti secepatnya mengaplikasikan apa yang dipelajarinya.

C. FUNGSI PENDIDIK ORANG DEWASA.
Pendidik orang dewasa mempunyai fungsi antara lain:
a. Menilai kebutuhan belajar individu, lembaga dan masyarakat untuk pendidikan orang dewasa yang sesuai dengan lingkungan organisasinya (fungsi diagnostik).
b. Menetapkan dan mengelola struktur organisasi untuk pengembangan dan pelaksanaan yang efektif dari suatu program pendidikan orang dewasa (fungsi organisasi).
c. Merumuskan-tujuan yang sesuai dengan kebutuhan belajar yang telah ditetapkan, dan merencanakan suatu program kegiatan untuk mencapai tujuan tersebut (fungsi perencanaan).
d. Menciptakan dan mengawasi prosedur yang diperuntukan bagi pelaksanaan suatu program secara efektif, termasuk memilih dan melatih ketua-ketua kelompok belajar, tutor, mengatur fasilitas dan proses administrasi, seleksi dan penerimaan pebelajar, dan pembiayaan (fungsi administrasi).
e. Menilai efektivitas program pendidikan yang dilaksanakan (fungsi evaluasi).

D. MISI PENDIDIK ORANG DEWASA
Misi pendidik orang dewasa dapat digambarkan dengan mengaitkan antara kebutuhan dan tujuan individu.
Misi setiap pendidik orang dewasa adalah membantu individu untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, membantu individu untuk mengembangkan sikap bahwa belajar itu adalah kegiatan yang berlangsung sepanjang hayat, dan dengan pendidikan itu dapat diperoleh pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dapat digunakan untuk bekerja secara mandiri serta dapat mengembangkan potensi-potensi yang kits miliki. Dalam proses belajar ini dapat dimanfaatkan oleh orang dewasa untuk mengembangkan dirinya, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama dengan orang dewasa lainnya.
Pendidik orang dewasa dalam merencanakan program pembelajarannya hendaknya didasarkan pada kebutuhan belajar yang diinginkan oleh orang dewasa, tanpa demikian pendidikan orang dewasa akan mengalami kegagalan.

E. TEKNIK DAN METODE PEMBELAJARAN ORANG DEWASA
Penjabaran rancangan belajar ke dalam urutan kegiatan belajar memerlukan adanya pengambilan keputusan mengenai teknik dan bahan belajar apa yang paling bermanfaat digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dan selanjutnya menentukan strategi pembelajaran dengan mengikutsertakan peserta. Posisi pelatih dalam proses ini hanyalah sebagai pemberi saran dan sebagai narasumber.
Ada beberapa teknik atau metode yang dapat digunakan untuk membantu orang dewasa belajar, antara lain:
1. Presentasi. Teknik ini meliputi antara lain: ceramah, debat, dialog, wawancara, panel, demonstrasi, film, slide, pameran, darmawisata, dan membaca.
2. Teknik Partisipasi peserta. Teknik ini meliputi antara lain: tanya jawab, permainan peran, kelompok pendengar panel reaksi, dan panel yang diperluas.
3. Teknik Diskusi. Teknik ini terdidi atas diskusi terpimpin, diskusi yang bersumberkan dari buku, diskusi pemecahan masalah, dan diskusi kasus.
4. Teknik Simulasi. Teknik ini terdiri atas: permainan peran, proses insiden kritis, metode kasus, dan permainan.

F. IMPLIKASI DALAM PEMBELAJARAN ORANG DEWASA
Dari asumsi-asumsi yang telah dikemukakan di atas, dapat dikemukakan bahwa ketiga pendapat tersebut di atas memiliki kesamaan di dalam memandang pebelajar, baik dalam pembelajaran pedagogi maupun andragogi terutama dalam konsep diri, pengalaman, kesiapan untuk belajar, dan orientasi belajar. Oleh karena itu dapat dikemukakan bahwa dalam pembelajaran orang dewasa perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. lklim belajar perlu diciptakan sesuai dengan keadaan orang dewasa. Baik ruangan yang digunakan maupun peralatan (kursi, meja, dan sebagainya) diatur sesuai dengan selera orang dewasa agar dapat memberi kenyamanan bagi mereka. Selain itu, dalam iklim belajar tersebut, perlu diciptakan kerjasama yang sating menghargai antara para peserta dengan peserta lain maupun dengan para pelatih/fasilitator. Ini berarti bahwa setiap peserta diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengemukakan pandangannya tanpa ada rasa takut dihukum maupun dipermalukan. Iklim belajar seperti ini akan sangat tergantung kepada pelatih/fasilitator.
2. Peserta diikutsertakan dalam mendiagnosa kebutuhan belajarnya. Mereka akan merasa terlibat dan termotivasi untuk belajar apabila apa yang akan dipelajarinya itu sesuai dengan kebutuhan yang ingin dipelajari.
3. Peserta dilibatkan dalam proses perencanaan belajarnya. Dalam perencanaan ini fasilitator lebih banyak berfungsi sebagai pembimbing dan manusia sumber.
4. Dalam proses belajar-mengajar merupakan tanggungjawab bersama antara pelatih/fasilitator dan peserta. Kedudukan pelatih/fasilitator lebih banyak berperan sebagai manusia sumber, pembimbing dan katalis daripada sebagai guru.
5. Evaluasi belajar lebih menekankan pada cara evaluasi diri sendiri dalam mengetahui kemajuan belajar peserta.
6. Karena orang dewasa merupakan sumber belajar yang lebih kaya dibandingkan anak-anak, maka proses belajarnya lebih ditekankan kepada teknik yang sifatnya menyadap pengalaman mereka seperti: kelompok diskusi, metode kasus, simulasi, permainan peran, latihan praktek, demonstrasi, bimbingan konsultasi, seminar, dan sebagainya.
7. Penekanan dalam proses belajar bagi orang dewasa adalah pada aplikasi praktis dan atas dasar pengalaman mereka.
8. Urutan kurikulum dalam proses belajar orang dewasa disusun berdasarkan tugas perkembangannya dan bukan atas dasar urutan logik mata pelajaran atau kebutuhan kelembagaan. Misalnya suatu program latihan orientasi untuk para pekerja baru, bukan dimulai dengan sejarah atau filsafat perusahaan, tetapi dimulai dengan kehidupan nyata yang menjadi perhatian para pekerja baru, seperti: di mana saya harus bekerja, dengan siapa saya bekerja, apa yang diharapkan dari saya, dan sebagainya.
9. Adanya konsep mengenai tugas-tugas perkembangan pada orang dewasa akan memberi petunjuk dalam belajar secara kelompok. Untuk tugas-tugas perkembangan, maka belajar secara kelompok yang anggota kelompoknya bersifat homogen akan lebih efektif.
10. Pendidik orang dewasa tidak boleh berperan sebagai seorang guru yang mengajarkan mata pelajaran tertentu, tetapi ia berperan sebagai pemberi bantuan kepada orang yang belajar.
11. Kurikulum dalam pendidikan untuk orang dewasa tidak berorientasi kepada mata pelajaran tertentu, tetapi berorientasi kepada masalah. Hal ini karena orang dewasa cenderung berorientasikan kepada masalah dalam orientasi belajarnya.
12. Oleh karena orang dewasa dalam belajar berorientasi kepada masalah, maka pengalaman belajar yang dirancang berdasarkan pula pada masalah atau perhatian yang ada dalam benak mereka.

DAFTAR RUJUKAN
Amalius Sahide, 1990. Pendidikan Orang Dewasa. Ujungpandang: FIP IKIP
Knowles, Malcolm. 1977. The Modern Practice of Adult Education, Andragogy Versus Pedagogy. New York: Assosiation Press

Read More......

Jumat, 06 Mei 2011

TOKOH LINTAS ORGANISASI ISLAM

BUKU
Judul: Anregurutta KH Abd Muin Yusuf, Ulama Kharismatik dari Sidenreng Rappang
Penulis: Wahidin Ar-Raffany
Penerbit: Lakpesdam Sidrap, 2008

Bab I
PENDAHULUAN
KALI Sidenreng adalah sebuah nama yang sangat melegenda di bumi Nene Mallomo. Gelar itulah yang hingga kini masih melekat pada diri seorang ulama kharismatik, Almaghfurlahu Anregurutta (AG) H. Abdul Muin Yusuf. Ia adalah sosok ulama besar yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Sulawesi Selatan khususnya di Kab. Sidenreng Rappang dan sekitarnya. Pada tanggal 23 Juni 2004, dalam usia yang sudah cukup lanjut, ia menghadap Sang Khalik. Ketokohan dan keteladanan yang telah ia wariskan semasa hidup patut tetap dikenang untuk kemudian diteladani bersama dalam mengarungi hidup di tengah kondisi bangsa yang dilanda penyakit sosial seperti yang kita saksikan saat ini.
Kesederhanaan dan kerendahan hati Anregurutta senantiasa tercermin dalam kehidupan sehari-harinya. Hal itu terlihat ketika ia menjabat sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Propinsi Sulawesi Selatan, ia lebih banyak menetap di Benteng, di rumah yang berukuran 8 x 12 meter yang bangunannya tidak berbeda dengan sebuah bangunan di sebelah rumahnya, yang merupakan kantor Pesantren Al-Urwatul Wutsqaa. Biasanya, Anregurutta gurutta ke Makassar jika ada rapat MUI Sulawesi Selatan. Suatu hari, ia pernah ditawari oleh pengusaha terkemuka di Sulawesi Selatan yang sekarang menjadi Wakil Presiden Republik Indonesia, H.M Yusuf Kalla untuk mengganti mobilnya, namun ia hanya menjawab, "berikan saja kepada orang yang lebih membutuhkannya. Cukuplah saya dengan mobil yang ada sekarang."
Anregurutta H. Abdul Muin Yusuf yang dalam lingkungan keluarga dan di kalangan santrinya lebih akrab dengan nama Puang Tommeng adalah salah satu dari beberapa ulama yang pernah ikut terlibat dalam gerakan DI/TII di bawah pimpian Kahar Muzakkar. Ia memutuskan untuk masuk hutan dan bergabung dengan gerakan DI/TII, meskipun pada saat itu ia scdang membina dan mengembangkan Yayasan Madrasah Pendidikan Islam (YMPI) Rappang yang berkembang pesat. Hal ini dilakukannya tentu bukan tanpa alasan dan pertimbangan yang cukup matang.
Di penghujung usia, Anregurutta bergelut dengan penyakit yang cukup parah selama lebih kurang 2 tahun, terhitung sejak tahun 2002 sampai 2004. Di tengah penyakit yang diderita itu praktis Anregurutta sudah tidak memiliki aktivitas lagi kecuali tetap membaca kitab-kitab di perpustakan pribadinya. Pesantren Al-Urwatul Wutsqaa yang didirikannya diserahkan secara resmi pengelolaan dan pengembangannya lebih lanjut kepada cucunya yang telah menyelesaikan pndidikannya di Universitas Al-Azhar Kairo Mesir, yakni Ustadz H. Imran.
Pada akhir bulan April 2004, saat kampanye pemilu legislatif berlangsung, Anregurutta meminta dipindahkan ke rumah kediamannya di Rappang. Di rumah tersebut, Anregurutta masih sempat menerima tamu dari berbagai kalangan termasuk para pejabat tinggi di Sulawesi Selatan. Bupati Sidrap H.A.Ranggong, Wakil Bupati Sidrap Musafir Kelana AN, dan Syahrul Yasin Limpo yang saat itu masih menjabat Wakil Gubernur Sulawesi Selatan adalah tamu yang pernah diterima diakhir hayatnya. Dalam setiap menerima tamu tersebut, Anregurutta senantiasa berpesan agar pesantren yang telah didirikannya dijaga dengan sebaik-baiknya. Pesan tersebut sering disampaikan dalam bahasa Bugis, “Ingngerrangngi Mbo Pesantren, aja muallupaiwi (Ingatlah Pesantren, jangan pernah melupakannya)”.
Tidak lama setelah Gurutta dipindahkan ke Rappang, pada tanggal 10 Mel 2004, isteri tercinta Hj. Baderiah Binti Syaikh Jamal meninggal dunia. Ia meninggal dalam usia 84 tahun. Empat puluh lima hari setelah wafat sang isteri, pada tanggal 23 Juni 2004, Anregurutta menyusul sang isteri menghadap ke hadirat Allah SWT dalam usia 84 tahun, sama dengan usia isterinya.


Bab II
ULASAN HISTORIS KELAHIRAN DAN MASA PERKEMBANGAN
ANREGURUTTA H. ABDUL MUIN YUSUF

A. Sejarah Kelahiran dan Silsilah Keturunan
Abdul Muin Yusuf lahir di Rappang, 21 Mel 1920. Ia adalah anak ketiga dari pasangan H. Muh. Yusuf (Pammana Wajo) dengan A. Khatijah (Rappang Sidrap). Dalam catatan silsilahnya, Abdul Muin Yusuf masih keturunan seorang ulama besar di Wajo pada masa itu, Anregurutta KH. Muh. Nur. Ia adalah putera seorang Bugis yang pergi ke Makkah untuk belajar agama Islam yang kemudian menetap dan tanggal di sana. Dari garis keturunan ibu, Abdul Muin Yusuf mempunyai pertalian darah dengan bangsawan Rappang, yaitu Petta Sulle, Watang Rappang (Pejabat bawahan dari Addatuang Sidenreng).
Dalam setiap kesempatan, Petta Sulle Watang sering memberikan nasihat kepada kedua orang tua Andul Muin Yusuf agar memperhatikan pendidikan anak-anakya, "maelokoga pancaji pakkampi sapingngi ana’mu narekko maraajani?" Artinya; Apakah kamu mau membiarkan anak-anakmu kelak kalau besar menjadi pengembala sapi?
Orang tua Abdul Muin Yusuf adalah orang yang sangat sibuk di dunia perdagangan, namun kesibukan tersebut tidak kemudian mengalihkan kecintaannya pada agama. Kecintaan pada agama inilah yang mendasari setiap keputusannya dalam mengarahkan semua anak-anaknya belajar pendidikan agama. Dari sebelas bersaudara hanya satu dari saudara Gurutta yang mempunyai disiplin ilmu yang berbeda dengannya, yakni ilmu perikanan. Salah satu adik perempuannya yang akrab dipanggil dengan Puang Satong saat ini menjadi pembina Majelis Ta'lim Al-Muslimun yang didirikan sejak tahun 1989 oleh Anregurutta H. Abdul Muin Yusuf. Begitu pun adik laki-lakinya, Ibrahim Yusuf, juga dikenal sebagai seorang ustadz.
Terlahir di tengah kultur masyarakat Bugis yang umumnya pada saat itu masih memberi batasan kepada anak perempuan mereka untuk keluar rumah sehingga H. Muh. Yusuf lebih memprioritaskan pendidikan kepada anak-anak laki-laki ketimbang anak perempuannya. Kenyataan ini sendiri diakui oleh Puang Sitti bahwa anak laki-laki di keluarganya lebih diprioritaskan untuk mendapatkan pendidikan sekolah daripada anak perempuan. Selain itu, Abdul Muin Yusuf sendiri mendapat perhatian khusus, tidak hanya dari kedua orangtuanya, tetapi juga dari nenek-neneknya yang ikut mengontrol pendidikannya. Nenek Pammana, (demikian keluarga Abdul Muin Yusuf menyebut neneknya yang tak lain adalah nenek dari jalur Bapak), justru meramalkan bahwa anak itu (Abdul Muin Yusuf) menjadi "Paramata jamarro". Kedua orangtuanya sangat mencintai Abdul Win Yusuf karena ia bisa ceramah di depan umum serta membaca Al-Quran secara fasih. Tentunya hal tersebut menjadi kebanggaan tersendiri bagi orangtuanya karena dapat mengangkat martabat keluarga. Lebih penting dari itu, orang yang bisa membaca Al-Qur'an dengan fasih diasumsikan telah memahami agama yang menjadi bekal dan pedoman hidup seseorang.
Di samping pengaruh kedua orang tuanya, Abdul Muin Yusuf juga mendapat banyak arahan dan dorongan untuk memperdalam ilmu agama dari sang nenek dari jalur ibu yang bernama Puang Ngakka. Puang Ngakka inilah kemudian yang mempunyai andil besar dalam menentukan karier Abdul Muin Yusuf. Kecintaan Puang Ngakka terhadap cucunya yang dilihatnya sebagai anak yang patuh, penurut, dan mempunyai bakat memperdalam agama mendorongnya untuk mengambil andil dalam menanggung sebagian biaya sekolah Abdul Muin Yusuf. Bahkan ketika Abdul Muin Yusuf belajar di Makkah, ia pun tak segan-segan menjual tanahnya untuk dijadikan biaya sekolah Abdul Muin Yusuf di sana.
Sejak kecil Abdul Muin Yusuf tumbuh menjadi anak yang pintar serta penurut pada orang tua dan gurunya. Di bawah asuhan dan bimbingan pamannya sendiri, ia memperlihatkan bakat dan kemampuannya dalam menguasai ilmu agama secara cepat. Oleh karena itu, sewaktu masih belajar, ia juga sudah terampil untuk mengajar pada sekolah yang sama sehingga adik-adiknya yang juga sekolah di tempat yang sama pun ikut merasakan ajaran dan didikan sang kakak.
Sama halnya dengan kedua orang tuanya, kakek-nenek (kedua belah pihak) dan paman, serta Syaikh Ali Mathar juga memberikan perhatian khusus kepada kemanakannya, termasuk ketika Abdul Muin Yusuf sedang belajar di Ainur Rafieq. Perhatian khusus tersebut menjadi lebih besar lagi ketika Syaikh Ali Mathar kedatangan tamu seorang syaikh dari Madinah yang bernama Syaikh Abdul Jawad. Dalam pesannya, Syaikh Abdul Jawad mengatakan kepada Ali Mathar agar Abdul Muin Yusuf dijaga dengan baik karena ia melihat adanya tanda-tanda pada diri Abdul Muin Yusuf yang akan menjadi seorang ulama besar di kemudian hari.

B. Masa Perkembangan
1. Masa Pendidikan Abdul Muin Yusuf yang Diwarnai konflik
Ketika memasuki usia 7 tahun, ia mulai belajar mengaji kepada salah seorang guru ngaji (kiai) kampung yang bernama H. Patang. Setelah itu, kemudian ia masuk sekolah umum di lnlandsche School yang waktu belajarnya dilakukan pada pagi hari, sedangkan pada sore harinya ia belajar agama di sekolah Ainur Rafieq. Sekolah Ainur Rafieq ini didirikan tahun 1931 oleh Syaikh Ali Mathar setelah ia memutuskan untuk tidak mengajar di sekolah Muhammadiyah yang disebabkan oleh adanya perbedaan pandangan tentang paham keagamaan. Itulah sebabnya sehingga Abdul Muin Yusuf tidak sempat menyelesaikan pendidikannya di sekolah Muhammadiyah tersebut karena harus keluar dari sekolah itu dan ikut dengan sekolah yang didirikan pamannya, yakni Sekolah Ainur Rafieq.
Perlu diketahui bahwa pada tahun 1928 di Rappang telah ada sekolah Muhamadiyah yang didirikan oleh Mansur Al Yamini bersama dengan Buya Hamka. Mansur Al Yamini adalah orang Solo yang kemudian menjadi ipar Syaikh Ali Mathar. Syaikh Ali Mathar kemudian diminta untuk mengajar di sekolah tersebut.
Berselang beberapa tahun kemudian terjadilah konflik pemahaman antara Syaikh Ali Mathar dengan Muhammadiyah ketika dibentuk Majelis Tarjih Muhammadiyah yang kemudian lembaga tersebut mengeluarkan fatwa bahwa warga Muhammadiyah harus salat tarawih 8 rakaat. Karena merasa dirinya seakan-akan mendapat tekanan dan belum bisa menerima fatwa tersebut maka Syaikh Ali Mathar tidak mau langsung menerapkan fatwa tersebut sebelum mempelajarinya. Oleh karena itu, pada saat itu juga ia mengundurkan diri sebagai pengajar di sekolah Muhammadiyah dan mendirikan Ainur Rafieq. Akan tetapi, meskipun sudah menyatakan mundur, namun ia masih mengajar sekali-kali bila Buya Hamka memerintahnya. Buya HAMKA pun meminta kepadanya untuk tetap mengajar, tetapi Ali Mathar sudah pada pendiriannya bahwa tidak akan mengajar di sekolah yang dikelola Muhammadiyah. Buya HAMKA kemudian menyarankan untuk membuat sekolah yang tidak ada kaitannya dengan Muhammadiyah.
Syaikh Ali Mathar adalah orang pertama yang memberi dasar pelajaran agama kepada Abdul Muin Yusuf. Ia pun mengakui hal tersebut dengan menyatakan bahwa ilmu yang telah ia dapatkan itu ibarat kelapa, maka Syaikh Ali Mathar adalah orang yang mengawali membuka kulitnya. Intensitas pertemuan dirinya dengan pamannya itu tidak hanya berlangsung di dalam ruang kelas, tetapi boleh dikata siang dan malam Abdul Muin Yusuf selalu berada di bawah bimbingan dan kontrol pamannya. Bahkan kerap kali ia bermalam di rumah pamannya apabila sungai yang harus dilewati untuk menuju ke rumahnya dalam keadaan banjir. Hubungan yang begitu dekat antara Abdul Muin Yusuf dengan Syaikh Ali Mathar (guru dan murid/paman dan kemenakan), itulah kemudian yang membuat corak pemikiran keagamaan Abdul Muin Yusuf banyak dipengaruhi corak pemikiran keagamaan Syaikh Ali Mathar.
Selanjutnya, pada tahun 1934, Abdul Muin Yusuf kemudian melanjutkan pendidikan di Madrasah Arabiyah Islamiyah (MAI) yang didirikan oleh seorang ulama besar yakni Anregurutta H. As'ad pada tahun 1931 di Sengkang. Ketokohan, kharisma, serta luasnya ilmu agama yang dimiliki Anregurutta H. As'ad menjadikannya banyak didatangi murid dari berbagai daerah, termasuk Abdul Muin Yusuf. Oleh karena itu, pada saat itu pulalah, Sengkang telah menjadi pusat pendidikan agama Islam di Sulawesi Selatan sehingga sulit menemukan ulama besar di Sulawesi Selatan yang tidak pernah belajar di Sengkang. Selama Abdul Muin Yusuf belajar di Sengkang, ia banyak bertemu dan bergaul dengan orang yang kelak menjadi ulama besar di Sulawesi Selatan, seperti AG. H. Ambo Dalle, AG. H. Abduh Pabbaja, AG H. Daud Ismail, AG. H. Rafiq Sulaeman, dsb.
Konflik Ainur Rafieq dengan Muhammadiyah tidak menjadikannya bersikap untuk tidak berhubungan dengan orang Muhammadiyah. Oleh karena itu, ia pun memutuskan untuk masuk sekolah Normal Islam di Majene dan di Pinrang di mana sekolah tersebut didirikan oleh orang yang berlatar belakang Muhammadiyah yang berasal dari Sumatra. Justru setelah belajar di Normal Islam, Abdul Muin Yusuf semakin tidak fanatik dalam berpikir dan berpegang pada satu mazhab.
Menimba pengetahuan di sekolah yang mempunyai pemahaman keagamaan yang sering berbeda paham dan bahkan berkonflik, telah memaksanya untuk senantiasa mencari warna baru yang lebih mencerminkan konvergensi antar kedua pihak yang bertentangan. Ia pun terbiasa untuk toleran (tidak langsung menyalahkan pendapat orang) dan tidak pernah memaksakan kehendak atau paham kepada seseorang termasuk murid-muridnya bahkan dalam keluarganya sekalipun. Prinsip itu terus dipegang dan menjadi warna-warni dalam kehidupan keluarganya sampai sekarang. Cerminan pemikiran Abdul Muin Yusuf ini tergambar dari kenyataan bahwa tidak satu pun murid yang ikut dengan corak pemikirannya menjadi fanatik.
Sewaktu menunaikan ibadah haji di Makkah, secara kebetulan dibuka penerimaan murid baru di Darul Falah, Makkah dan ia pun mendaftarkan diri. Baginya, tes masuk ke sekolah tersebut tidaklah terlalu sulit. Kecerdasan dan penguasaan pada ilmu-iltnu yang diperolehnya selama belajar di Indonesia membawanya menduduki rangking ke-2 untuk masuk sekolah Darul Falah, satu peringkat di bawah Syaikh Muhammad Syalthout (mantan Grand Syaikh Al-Azhar). Selama satu tahun lebih ia belajar di Makkah sampai memperoleh gelar di bidang Muqaramah (Perbandingan) Mazhab. Orientasi keilmuan ke perbandingan mazhab semakin mengerucut setelah pulang dari belajar di Darul falah, Makkah. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila di perpustakaannya lebih banyak buku tentang perbandingan mazhab (hukum).
Sekembali dari Kota Makkah, Anregurutta kemudian belajar secara informal kepada seorang ulama tasawuf yang bernama Syaikh Ahmad Jamaluddin yang lebih dikenal dengan sebutan Syaikh Jamal Padaelo. Menurut keterangan dari beberapa sumber, jika Syaikh Jamal Padaelo melakukan perjalanan di waktu hujan, atas pertolongan dari Allah SWT, ia sering tidak terkena air hujan (tidak basah). Tampaknya, ilmu ini diwarisi oleh Anregurutta sehingga dalam beberapa kesempatan ketika ia diundang menghadiri suatu acara oleh masyarakat pada musim hujan saat ia belum mempunyai mobil, Anregurutta biasa mengalami hal serupa. Dari sinilah Anregurutta semakan mendalami ilmu ma'rifah lewat bimbingan Syaikh Jamal Padaelo. Ia kemudian yang kelak digantikannya menjadi Kadhi di wilayah Sidenreng Rappang.

2. Masa Perkawinan dan Keluarga
Dalam menjalani kehidupannya, Anregurutta Muin Yusuf menikah sebanyak 3 kali. Pada pernikahannya yang pertama, Anregurutta mempersunting anak gurunya yakni Hj. Baderiah binti Syaikh Ahmad Jamaluddin (puteri Syaikh Jamal Padaelo), Kadhi under afdeling Sidenreng Rappang 1925-1942. Dari pernikahan ini ia dikaruniai 6 orang anak yakni; I Nurung (lebih dahulu menghadap panggilan Allah SWT), Hj. Fauziyah Muin, H. Farid Muin, Alm. Hj. Mardawiyah Muin, Hj. Kaltsum Muin dan H. Surkad Muin.
Setelah lama menjabat Kadhi di wilayah Rappang dan Sidenreng, Anregurutta Muin Yusuf menikah untuk yang kedua kalinya dengan mempersunting A. Oja, puteri seorang pejuang kemerdekaan yang bernama A. Takko. A. Takko adalah seorang pejuang yang sangat berpengaruh di daerah Tanru Tedong Kab. Sidrap, dan meninggal dunia akibat penembakan tentara NICA yang dipimpin oleh Westerling di Tanru Tedong pada akhir bulan Pebruari 1947. Di Sulawesi Selatan, serentetan peristiwa ini dikenal dengan sebutan korban 40.000 jiwa.
Sebelum menikah dengan Anregurutta, A. Oja telah menikah dengan seorang ulama yang juga merupakan kadhi di Pamboang Majene. Dari pernikahan ini, A. Oja melahirkan seorang puteri yang bernama A. Banna. Tidak begitu lama setelah A. Banna dilahirkan, suami A. Oja meninggal dunia dan menjadilah ia seorang janda.
Meskipun A. Oja sebelum menikah dengan Anregurutta berstatus janda yang memiliki anak satu, tetapi Anregurutta memperlakukan A. Banna kecil seperti anak kandungnya sendiri. Bahkan setelah A. Oja melahirkan anak pun, kasih sayangnya tidak berbeda dengan kasih sayang yang dicurahkan kepada anaknya sendiri. Hal itu dapat dilihat dari sikap Anregurutta yang memperlakukan Hj. A. Banna sama dengan 3 orang anaknya yang dilahirkan dari rahim A. Oja yakni Hj. A. Subaedah, A. Nasir (Almarhum) dengan Hj. A. Sulaikha. Sebaliknya, Hj. A. Banna sering merasa jengkel jika ada yang menganggapnya bukan puteri dari Anregurutta. Tentu saja hal ini bukan didasari oleh ketokohan dan kebesaran nama Anregurutta, tetapi semata-mata karena kasih sayang yang diberikan Anregurutta kepada Hj. A. Banna sejak kecil hingga dewasa seperti halnya dengan anak kandung sendiri.
Ketika Anregurutta melakukan perjuangan gerilya bersama gerakan DI/TII di bawah pimpinan Abdul Kahar Muzakar, ia menikah untuk yang ketiga kalinya dengan mempersunting perempuan asal Palopo yang bernama A. Norma (Opu Cinnong) yang masih kerabat dekat dengan Kahar Muzakar. Isteri Kahar yang bernama A. Haliyah merupakan sepupu satu kali dengan A. Norma.
Peristiwa ini berawal ketika Anregurutta sering melihat A. Norma memberikan ceramah di dalam hutan. Ia kemudian menyampaikan kepada Kahar Muzakar bahwa dirinya ingin menjalin hubungan yang lebih dekat dengan keluarga A. Haliyah. Kahar Muzakar kemudian mengatakan bahwa dirinya masih memiliki seorang ipar, ia sepupu isterinya. Kemudian Anregurutta mengatakan bahwa yang penting masih kerabat dekat dengan Kahar Muzakar. Setelah itu, Anregurutta mendatangi orang tua A. Norma untuk melamar, dan resmilah Anregurutta mempersunting A. Norma. Agak lama setelah Anregurutta menikahi A. Norma mereka baru dikaruniai seorang seorang puteri yang kemudian oleh Anregurtta diberi nama A. Nahidah.
A. Norma adalah seorang isteri yang sangat setia kepada Anregurutta. Kesetiaannya dibuktikan ketika ia ditinggal oleh Anregurutta yang keluar dari hutan. Sebenarnya, Anregurutta meninggalkan pasukan Kahar dari hutan bukan berangkat dari sesuatu yang direncanakan. Pada awalnya, ia diutus untuk membujuk Bahar Mataliu yang membangkang dari DI/TII dan bergabung dengan Pemerintah Revolusioner Republik-Indonesia Sulawesi Selatan (PRRI) yang dipimpin oleh Saleh Haddade, di samping juga memang memiliki hubungan kerja sama dengan pasukan TNI. Pada saat itu, satu-satunya orang yang dianggap bisa membujuknya adalah Anregurutta. Hal ini disebabkan karena antara ia dengan Bahar Mataliu memiliki ikatan sejarah yang cukup kental. Dikatakan cukup kental karena ia bersahabat sejak usia remaja sewaktu sama-sama masih bersekolah di Normal Islam Majene.
Ketika Anregurutta melakukan pertemuan dengan Bahar Mataliu, pasukan Kahar diserang dan dikepung oleh pasukan Pemerintah Republik Indonesia dari semua penjuru. Situasi seperti ini membuat Anregurutta terjepit. Keinginannya untuk kembali ke hutan terganjal karena jalan untuk masuk sangat sudah karena pasukan Kahar sudah terkepung. Melihat kenyataan ini, Anregurutta memutuskan untuk masuk ke dalam kota dan meninggalkan isterinya beserta Nahidah kecil yang berusia sekitar 1 tahun.
Sepeninggal Anregurutta keluar dari hutan, semua isteri mantan anggota DI/TII yang masih berada di dalam hutan tidak ada yang dibiarkan menjanda. Semua perempuan yang ditinggal suami diperintahkan untuk dinikahi oleh anggota DI/TII yang lain. Akan tetapi, A. Norma bersikeras tidak ingin dinikahi oleh siapa pun, termasuk oleh Kahar Muzakar sendiri. Kahar Muzakar pernah berkeinginan menikahi A. Norma karena mengira A. Norma tidak ingin dinikahi oleh orang yang lebih rendah jabatannya daripada suaminya. Ternyata, Kahar Muzakar salah kaprah. A. Norma justru menolak dengan tegas keinginan Kahar Muzakar tersebut dan mengatakan kepadanya bahwa "jika organisasi memerintahkan saya untuk mencari suami saya, maka kemana pun suami saya berada saya akan mencari dan memanggilnya". Anregurutta baru bertemu kembali dengan isterinya setelah Nahidah berumur sekitar 15 tahun yang saat itu sudah menginjakkan kaki di Kelas III Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN) Palopo.
Kehidupan keluarga Anregurutta dengan 3 orang isteri dan dikaruniai 9 putera-puteri berjalan dengan harmonis. Ketiga Isteri Anregurutta diperlakukannya secara setara dan sesuai tuntunan Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah. Hal itu terbukti dengan tidak ada satu pun di antara ketiga isterinya yang pernah meminta cerai.
Kesembilan putera-puteri Anregurutta pun hidup dengan rukun dan harmonis. Semuanya diperlakukan secara setara dengan penuh rasa tanggung jawab. Keharmonisan dan kerukunan putera-puteri Anregurutta terlihat ketika ia menderita sakit yang sangat parah dan dirawat selama kurang lebih satu bulan di Rumah Sakit Islam Faisal Makasar. Putera-putri Anregurutta dengan sabar melayaninya secara bergantian di tengah sakit yang dideritanya. Hal ini sempat penulis saksikan ketika turut serta menjaga Anregurutta yang terbaring sakit, saat itu tepatnya pada bulan Ramadhan tahun 2002 M/ 1423 H.
Dua isteri Anregurutta (H. Baderiyah dan A. Oja) meninggal dunia mendahulinya. Hingga kini (tahun 2008), isteri Anregurutta yang ketiga H). A. Norma masih hidup, dan diperkirakan sudah memasuki usia sekitar 85 tahun. Ia tinggal bersama dengan puterinya, Hj. A. Nahidah Muin di Jl. A. Bintang No. 34 Latuppa Kota Palopo.

3. Menjadi Kadhi (Kali Sidenreng)
Dalam usia yang masih muda (22 tahun), tepatnya pada tahun 1942, Abdul Muin Yusuf diangkat menjadi kadhi (dalam bahasa Bugis; Kali) sebagai partner addatuang Sidenreng dalam bidang agama. Ketika itu, orangtuanya (H. Muh. Yusuf) sangat khawatir dengan tugas yang diberikan kepada Anregurutta sebagai kadhi usianya yang masih sangat muda. Orangtuanya kemudian menghadap ke Addatuang sebanyak tiga kali agar anaknya tidak diangkat menjadi kadhi karena maih muda. Akan tetapi, Addatuang menolak permintaan tersebut dan menjawab bahwa tidak ada orang yang lebih pantas dan layak selain dirinya.
Sejak dulu, di Rappang antara Akkarungengnge (kerajaan) dengan kadhi/ulama tidak bisa dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Dengan kata lain, antara kadhi dengan penguasa (arung) bagaikan saudara sekandung, yang membedakannya hanyalah peran dan fungsi. Untuk urusan duniawi dan kemasyarakatan dipegang oleh Arungnge, sedangkan urusan keagamaan dipegang oleh kadhi/ulama. Kenyataan ini sudah dijumpai sejak zaman kerajaan Arung Rappang pertama, Puang Laiccu yang kemudian digantikan oleh La Tenrilawa. Komposisi kadhi sudah tercantum dalam Akkarungnge Laparenrengi bin Latenrilawa dengan komposisi sebagai berikut: Laparenrengi kawin dengan Puang Massossorang dan mempunyai keturunan 5 orang:
1. Puang Sakati kawin dengan La Sadapotto sebagai Addatuang Sidenreng.
2. Puang Lampe sebagai panglima perang.
3. Puang Mangorang sebagai Pabbicara.
4. Puang Laullu sebagai Sulle watang.
5. Puang Battoa sebagai kadhi untuk wilayah kerajaan Arung Rappang.

Oleh karena itu, sudah menjadi tradisi di kerajaan Rappang bahwa seorang kadhi mestilah keturunan raja.
Perkawinan Abdul Muin Yusuf dengan Baderiah binti Syaikh Jamal (puteri Syaikh Jamal Padaelo), mantu dari Syaikh Husein Padaelo, mantan kadhi under-afdeling Sidenreng Rappang 1925-1942 juga menjadi faktor penentu sehingga ia diangkat menjadi kadhi, selain karena faktor penguasaannya terhadap ilmu agama tentunya. Ia menjabat kadhi dari tahun 1942 sampai 1949. Setelah Anregurutta melepaskan Jabatan kadhi dan masuk ke hutan bergabung dengan DI/TII, jabatan kadhi untuk selanjutnya dipegang oleh Anregurutta H. Muh. Abduh Pabbaja.

Read More......

INVESTASI SDM

JURNAL ILMIAH
Judul: Investasi Sumberdaya Manusia Melalui pendidikan dan Nilai EKonomi Pendidikan di Kabupaten Gowa
Penulis: Abd. Halim, Universitas Pancasakti, Makassar
Penerbit: Jurnal Hipotesis, 2010

Abstrak
Pendidikan tinggi bukanlah merupakan satu bentuk cost (pengeluaran) akan tetapi merupakan salah satu bentuk investasi. Bentuk pengembalian ini dapat berupa nilai tawar yang tinggi manakala yang bersangkutan menmdapatkan tawaran pekerjaan. Pendidikan tinggi tidak hanya mempunyai nilai ekonomi pada individu, akan tetapi pada masyarakat. salah satu nilai ekonomi pendidikan tinggi adalah adanya peluang lapangan kerja bagi masyarakat manakala pendidikan tinggi diselenggarakan di suatu lokasi yang nilai ekonomi dapat berupa perekrutan pegawai ataupun adanya pembukaan lapangan kerja baru di sektor informal bagi masyarakat sekitar.
Kata kunci : Investasi - Sumberdaya Manusia – Nilai Ekonomi Pendidikan

PENDAHULUAN
Dalam era globalisasi batas wilayah nyaris tidak ada lagi. Ketiadaan batas menerobos ruang dan waktu serta mempengaruhi segala aspek kehidupan diantaranya pertumbuhan ejonomi. Pertumbuhan ekonomi suatu negara tidak terlepas dari suatu pengaruh lingkungannya.
Ketidaksiapan suatu negara dalam mempersiapkan aspek-aspek yang mendasarinyaakan membuat negara tersebut tertinggal, bahkan terlindas oleh negara lain yang telah lebih dahulu mengantisifasi arus perubahan yang terjadi. Salah satu aspek yang harus dipersiapkan oleh suatu negara adalah kesiapan SDM untuk menghadapi era yang tidak mungkin lagi untuk dihindari. Kesiapan SDM dapat dilakukan melalui banyak cara, diantaranya dengan pendidikan.
Peranan pendidikan dalam memacu pertumbuhan ekonomi, sangat penting terlebih dalam menghadapi proses globalisasi yang penuh dengan tantangan. Para ahli ekonomi pendidikan mengatakan bahwa melalui investasi pendidikan mempunyai pengaruh paling besar terhadap pertumbuhan ekonomi, dibandingkan investasi modal.
Berdasarkan data statistik negara-negara industri di Asia, misalnya Korea Selatan dan Taiwan, memberikan tekanan yang sangat kuat akan pentingnya pendidikan, dan ini dilakukan pada tiga dasawarsa terakhir.

SUMBERDAYA MANUSIA SEBAGAI MODAL
Dalam konteks ekonomi pendekatan ini dikenal dengan istilah human capital. Pendekatan human capital dipicu oleh hasil pemikiran Schultz, dan banyak ahli mulaimempertimbangkan untuk mengukur kontribusi atau efek sumberdaya manusia sebagai suatu modal terhadap ekonomi. Para pakar pendidikan pun tergerak untuk membuktikan bahwa investasi disekolah-sekolah publikpada akhinya akan memberikan keuntungan ekonomi yang lebih tinggi daripada investasi yang ditanamkan.
Namun demikian, para pakar ekonomi sendiri mempunyai pandangan yang berbeda mengenai posisi manusia dalam kaitannya dengan modal. Pandangan yang mengatakan bahwa manusia bukan merupakan modal diwakili oleh John Stuart Mill, yang mengatakan bahwa marga masyarakat dalam suatu negara tidak dapat dikatakan sebagai suatu modal.
Adam Smith menyatakan hal yang sebaliknya, bahwa manusia merupakan suatu modal tetap. Pakar lain yang menyatakan bahwa manusia merupakan bagian dari modal suatu nnegara adalah Horrace Mann dan Von Thunnen yang merupakan pentingnya mempertim-bangkan manusia sebagai bagian dari modal yang dimiliki oleh suatu negara.

MAKNA PENDIDIKAN
Pendidikan merupakan salah satu media penting dalam menata SDM sebagai suatu investasi. Beberapa studi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pendidikan, baik sekolah menengah maupun perguruan tinggi, meningkatkan penghasilan seseorang. Peningkatan ini dinilai setelah mempertimbangkan pengurangan biaya langsung maupun tidak langsung sebagai akibat pendidikan yang diikutinya.
Berdasarkan pengertian tersebut di atas, maka dapat dikatakan bahwa pendidikan adalah suatu aktivitas-aktivitas yang diarahkan pada peningkatan kompetensi individu akan tetapi tidak berkaitan dengan secara langsung dengan pekerjaan saat ini. Sekalipun tidak berkontribusi secara langsung, akan tetapi pendidikan memberikan bekal pada peserta pendidikan untuk menghadapi kondisi perubahan jaman. Hal ini tentu dengan asumsi pendidikan yang diikuti adalah pendidikan yang dirancang dan diselenggarakan dengan benar.

MANFAAT PENDIDIKAN
Menurut John, Morphet, dan Alexander (1993:37), manfaat pendidikan dapat didefinisikan sebagai salah satu yang (1) meningkatkan produksi melalui peningkatan kapasitas tenaga kerja, (2) meningkatkan efisiensi melalui pengurangan biaya yang tidak digunakan dapat dimanfaatkan untuk memproduksi hal lain yang bermanfaat; dan (3) meningkatkan kesadaran sosial masyarakat yang pada akhirnya dapat meningkatkan standar kehidupan. Adapun manfaat pendidikan sangat beragam. Dua manfaat pendidikan, diantara sekian banyak manfaat, adalah peningkatan produktivitas tenaga kerja dan pengurangan kebutuhan akan jasa-jasa yang lain.
Meningkatkan produktivitas tenaga kerja ; merupakan suatu penguatan sistem ekonomi melalui produktivitas tenaga kerja. Hal ini memang merupakan pengembalian yang bersifat langsung terhadap pendidikan, akan tetapi merupakan konsep ekonomi pendidikan yang lebih luas. Kemudian disadari pula bahwa SDM bukan satu-satunya aspek yang menentukan produktivitas optimal suatu negara, akan tetapi SDM merupakan kontibutor utama dalam optimalisasi produktivitas suatu negara.
Manfaat lain yang berkaitan dengan pendidikan adalah produktivitas tenaga kerja. Dalam kaitannya dengan kuantitas produk, para pekerja yang berpendidikan, lebih tinggi dapat menghasilkan lebih banyak barang dan jasa pada waktu yang telah ditentukan karena mereka yang mempunyai kemampuan, kecakapan dan pengetahuan yang lebih luas. Kemudian dari sisi kualitas produk, para pekerja yang berpendidikan lebih tinggi dapat menghasilkan barang dan jasa yang berkualitas karena mereka mempunyai kemampuan, kecakapan, dan pengetahuan yang lebih luas dan pemahaman akan kondisi SDM.
Mengurangi kebutuhan akan jasa-jasa yang lain : pendidikan dapat dipandang sebagai alat untuk menyembuhkan penyakit sosial misalnya kejahatan. Pendidikan berkaitan dengan ketenagakerjaan. Dengan kata lain akan mengurangi tingkat pengangguran. Sementara itu ada asumsi bahwa tingkat kejahatan berkaitan dengan pengangguran, dan orang yang mempunyai pekerjaan tetap cenderung jarang melakukan tindak kejahatan.
Pendapat ini menimbulkan pendekatan, akan tetapi berdasarkan penelitian, kejahatan juga berkaitan dengan kurangnya pendidikan. Seperti yang dikatakan sebelumnya bahwa pendidikan berkorelasi dengan pendapatan. Semakin pendidikan maka semakin tinggi pula peluang untuk mendapatkan pendapatan. Dengan kata lain orang yang mempunyai pendapatan yang cukup relatif jarang melakukan tindak kejahatan.

KONSEP DASAR ILMU EKONOMI
Ilmu ekonomi adalah suatu alokasi sumber daya yang ada dan konsep utamanya adalah kelangkaan akan sumberdaya-sumberdaya tersebut. Ilmu ekonomi sendiri didefinisikan dengan berbagai sudut pandang. Salah satu definisi yang sederhana bahwa ekonomi adalah ilmu yang mempelajari keinginan dan kepuasan manusia. Sistem ekonomi mengatur mengenai produksi, pertukaran, dan konsumsi mengenai apapun yang dibutuhkan untuk memenuhi keinginan manusia.
Untuk lebih memahami ekonomi pendidikan, akan lebih baik jika dibahas terlebih dahulu beberapa konsep dasar dalam ilmu ekonomi sebagai berikut : barang-barang (goods), nilai dan harga (value and price), kekayaan (wealth), modal (Capital), pendapatan (income), investasi dan tabungan (investment and saving) kegunaan marjinal (marginal utility), biaya (cost), dan tingkat pengembalian (rate of return).
Barang-barang (Goods) yaitu segala sesuatu yang memuaskan atau dapat digunakan untuk memuaskan keinginan manusia. Barang-barang dapat diklasifikasikan menjadi barang bebas dan barang ekonomis. Barang bebas adalah apabila barang tersebut jumlahnya sangat banyak sehingga tidak lagi bernilai ekonomis, misalnya udara. Sedangkan barang yang dikategorikan sebagai barang ekonomis adalah barang yang jumlahnya relatif jarang, misalnya pendidikan. Ilmu ekonomi hanya berkaitan dengan barang-barang ekonomis.
Nilai dan Harga (Value and Price) ; kegunaan suatu barang dalam memuaskan keinginan manusia disebut sebagai nilai guna barang tersebut. Pendidikan merupakan suatu barang non-material, beberapa kali pakai, tahan lama, baik untuk konsumen maupun produser dan diproduksi baik disektor publik maupun privat. Nilai tukar suatu barang adalah daya beli suatu barang atas barang lain yang dirasakan oleh si pemilik ketika ia melakukan proses pertukarang.
Kekayaan (Wealth) ; para pakar ekonomi mendefinisikan kekayaan sebagai akumulasi persediaan barang-barang material yang dapat memuaskan keinginan manusia. Pakar ekonomi tidak menganggap jasa sebagai kekayaan karena jasa merupakan hal yang dikonsumsi pada saat diproduksi, dengan kata lain, jasa tidak dapat diakumulasikan.
Pendapatan (Income) ; yakni suatu jumlah pendapatan barang-barang ekonomis yang tersedian untuk individu, perusahaan atau masyarakat dalam suatu periode tertentu, misalnyadalam kurung waktu satu tahun.
Investasi dan Tabungan (Investment and Saving) ; yaitu suatu biaya yang dikeluarkan dengan tujuan untuk menambah modal. Oleh karena itu pengeluaran untuk pendidikan merupakan suatu investasi mengingat tujuannya adalah menambah modal pendidikan bagi yang bersangkutan. Sedangkan Tabungan dapat diartikan sebagai penahanan diri dari perilaku konsumtif yang dilakukan untuk menambah modal.
Biaya (Cost) ; yaitu pengeluaran atau pengorbanan yang dikeluarkan oleh seorang pekerja, atau kelompok pekerja atau perusahaan dalam upaya untuk memperoleh human capital.

MANFAAT DAN NILAI EKONOMI PENDIDIKAN
Menurut johns (1983:37) secara umum manfaat pendidikan dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang 1)meningkatkan produksi melalui peningkatan kapasitas tenaga kerja, 2)meningkatkan efisiensi melalui pengurangan biaya, 3)meningkatkan kesadaran sosial masyarakat yang pada akhirnya dapat meningkatkan standar kehidupan.
Pengukuran manfaat pendidikan sendiri bukanlah hal yang mudah mengingat selain mempunyai nilai ekonomi, pendidikan mempunyai nilai yang lain, yaitu nilai sosial. Berbeda dengan manfaat ekonomi, manfaat sosial relatif lebih sulit untuk diukur, oleh karena itu jarang dipergunakan sebagai ukuran pengembalian pendidikan manfaat sosial.

STRATEGI PENDIDIKAN
Dengan melihat pengertian berikutnya betapa pendidikan mempunyai kontribusi yang sangat besar dalam pertumbuhan ekonomi nasional melalui pengembangan sumberdaya manusia agar dapat menyesuaikan dengan tuntutan pasar kerja sehingga dapat menghasilkan nilai yang tinggi.
Ada beberapa strategi yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :1) melibatkan masyarakat dalam proses pendidikan. Masyarakat tidaklah dipandang sebagai obyek pendidikan, akan tetapi mempunyai peran yang lebih besar, yaitu selain sebagai obyek, masyarakat berperan pula sebagai subyek pendidikan. 2) melakukan analisis atas keberadaan lembaga-lembaga pendidikan dan standarnisasi lembaga pendidikan.
Secara kuantitas banyaknya lembaga pendidikan memberikan banyak alternatif bagi orang-orang yang berminat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. 3) Link and macth antara kurikulum pendidikan dengan kebutuhan dunia kerja. Denga strategi ini tentu saja dibutuhkan keterlibatan dunia usaha dalam perumusan kurikulum pendidikan. Paling tidak dunia usaha dapat menjadi partner dengan berperan sebagai apemberi informasi mengenai kompetensi yang dibutuhkan di pasar kerja.

PENUTUP
Sumberdaya manusia merupakan salah satu faktor penting dalam pengembangan ekonomi. SDM memang merupakan suatu modal bagi perusahaan, tetapi bukan sekedar modal, akan tetapi merupakan investasi dan aset yang paling berharga bagi organisasi atau perusahaan.
Peran SDM sebagai salah satu aspek pembangunan ekonomi suatu negara tidak akan bermakna tanpa diimbangi oleh kapasistas SDM yang memadai sesuai dengan kondisi lingkungan yang ada.
Bekal pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang konstruktif akan memberikan “nilai” bagi SDM yang bersangkutan di dunia kerja. Kajian empiris telah membuktikan eratnya relevansi antara pendidikan dengan tingkat pendapatan.
Pendidikan tinggi bukanlah merupakan satu bentuk cost (pengeluaran) akan tetapi merupakan salah satu bentuk investasi. Bentuk pengembalian ini dapat berupa nilai tawar yang tinggi manakala yang bersangkutan menmdapatkan tawaran pekerjaan.
Pendidikan tinggi tidak hanya mempunyai nilai ekonomi pada individu, akan tetapi pada masyarakat. salah satu nilai ekonomi pendidikan tinggi adalah adanya peluang lapangan kerja bagi masyarakat manakala pendidikan tinggi diselenggarakan di suatu lokasi yang nilai ekonomi dapat berupa perekrutan pegawai ataupun adanya pembukaan lapangan kerja baru di sektor informal bagi masyarakat sekitar.
Pendidikan tidak dapat berjalan sendiri. Keterkaitannya dengan sub sistem lain, seperti kebutuhan dunia industri atau pasar tenaga kerja dan perkembangan lingkungan strategis dapat berpengaruh terhadap nilai ekonomi yang dikandung pendidikan tinggi.

DAFTAR PUSTAKA
Anwar, 2003. Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya Pendidikan, Alfabeta. Bandung.
Cohn 1979. The Economics of Education Revised Edition. Ballinger Publishing, Company.
Fattah N. 2000. Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Johns R.L. 1983. The Economics and Financing of Education-Furth Editin, New Jersey
Mulyadi E. 2002. Investasi SDM Melalui Diklat Serta Pengembangannya Terhadap Peningkatan Kompetensi dan Pendapatan (Penghasilan).
Siagian S.P. 1999. Manajemen Sumber Daya Manusia, Gunung Agung. Jakarta,

Read More......

MEMBANGUN PEMIMPIN RAKYAT

JURNAL ILMIAH
Judul: Aplikasi Kepemimpinan Dalam Organisasi Publik
Penulis: Delly Mustafa, Universitas Veteran Republik Indonesia
Penerbit: Jurnal Hipotesis, 2010

Abstrak
Dalam organisasi publik, kepemimpinan adalah proses seorang pemimpin mempengaruhi anggota-anggotanya untuk pencapaian tujuan organisasi publik. Seorang pemimpin dituntut untuk memiliki kapabilitas, kemampuan, dan tanggung jawab untuk memimpin semua elemen yang ada dalam organisasi. Seorang pemimpin harus mempunyai karakter kepemimpinan. Karakter membedakan para pemimpin besar dengan kebanyakan orang. Pemimpin mempunyai karakter yang stabil sepanjang waktu, dan dalam lingkungan yang berbeda. Oleh karenanya, bisa dikatakan bahwa karakter yang dimiliki para pemimpin besar tidak memandang kapan dan di mana mereka hidu
Kata kunci: Aplikasi Kepemimpinan – Organisasi Publik

PENDAHULUAN
Kepemimpinan secara teoritis dan akademis kadang tidak semenarik dibanding kepemimpinan praktis. Namun, ada nilai-nilai lama yang tidak akan usang, seperti tanggungjawab, integritas, komitmen, karakter, dan ciri-ciri yang mencerminkan sikap mental positif. Nilai ini mungkin kuno, tetapi tidak akan usang oleh waktu, serta akan tetap ada, dan sudah teruji melalui perjalanan waktu.
Dalam menyikapi fenomena tersebut, dalam organisasi manapun, apalagi organisasi publik dibutuhkan suatu pribadi yang mempunyai karakter yang berkualitas, seperti “tahan banting”, kuat, dinamis, dan kepemilikan kepercayaan pribadi atas kemampuan dan melakukan tindakan yang penuh asih, tanpa mengalahkan dan merendahkan orang lain. Segala frustasi, ketakutan, buang waktu percuma, dan hal-hal yang menjadikan tidak efektif, akan membuat kita jauh dari pemenang.
Dalam organisasi publik, Leadership atau kepemimpinan adalah proses seorang pemimpin mempengaruhi anggota-anggotanya untuk pencapaian tujuan organisasi publik. Leadership adalah satu proses yang melibatkan proses memengaruhi , yakni satu proses seorang pemimpin mengubah tindakan atau prilaku beberapa anggota kelompok atau bawahan.
Dalam organisasi publik, sebaiknya bawahan menerima pengaruh dari pemimpin, karena pemimpinnya mempunyai kepribadian dan kemampuan untuk memimpin sehingga disukai dan dihormati, bukan hanya karena pemimpin tersebut mempunyai posisi memegang jabatan dan kekuasaan secara formal.

KEPEMIMPINAN ORGANISASI DAN KARAKTERISTIK PRIBADI
Kepemimpinan bukan sesuatu yang secara alami diturunkan dalam arti secara biologis. Apabila ada seorang pemimpin, anaknya belum tentu akan menjadi pemimpin. Seorang Raja/Ratu secara keturunan akan digantikan oleh anaknya yang belum tentu mempunyai kemampuan kepemimpinan seperti mereka.
Akan tetapi, apakah beberapa orang dilahirkan untuk memimpin?. Untuk menjawab hal ini kita dapat mengatakan mungkin saja ya, tapi apakah orang tersebut dapat menjadi pemimpin yang baik, atau pemimpin yang tidak baik. Inilah yang perlu dibuktikan, karena dalam organisasi publik, yang dibutuhkan adalah seorang pemimpin yang baik, karena dalam menjalankan roda organisasi publik sangat berpengaruh signifikan dengan pemimpinnya. Seorang pemimpin harus mempunyai karakter kepemimpinan.
Karakter membedakan para pemimpin besar dengan kebanyakan orang. Pemimpin mempunyai karakter yang stabil sepanjang waktu, dan dalam lingkungan yang berbeda. Oleh karenanya, bisa dikatakan bahwa karakter yang dipunyai para pemimpin besar tidak memandang kapan dan di mana mereka hidup. Orang yang mempunyai kemampuan penguasaan diri yang tinggi, dan mempunyai suatu kebutuhan kekuasaan yang tinggi akan lebih sukses sebagai pemimpin daripada orang yang tidak menunjukkan pola-pola tersebut.
Kebanyakan orang percaya bahwa kekuasaan adalah inti dari kepemimpinan, dengan asumsi bahwa mereka memiliki pengetahuan dan kecerdasan. Namun itu tidak otomatis benar. Para ilmuan, penelitia yang jenius, dan ahli filsafat adalah orang yang memiliki kemampuan untuk berfikir sangat tinggi sehingga melebihi batas pengetahuan, tetapi mereka memiliki kemampuan kepemimpinan sangat rendah. IQ bukanlah hal yang disamakan dengan kepemimpinan.
Meskipun benar adanya bahwa beberapa orang dilahirkan dengan bakat kepemimpinan yang hebat, alami dari yang lainnya, kemampuan untuk memimpin sebenarnya adalah terdiri dari kumpulan keterampilan atau keahlian yang hampir semuanya dapat dipelajari dan ditingkatkan. Namun perlu diketahui bahwa prosesnya tidak terjadi dalam sesaat..
Ukuran yang sebenarnya dari kepemimpinan adalah “pengaruh” . Jika tidak memiliki pengaruh, maka tidak akan pernah dapat memimpin orang lain. Cara terbaik untuk menguji apakah seseorang dapat memimpin atau hanya dapat mengatur adalah dengan memintanya untuk membuat perubahan positif.
Pemimpin dapat mempertahankan arah, tetapi tidak dapat mengubahnya. Untuk menggerakkan orang-orang ke arah baru, membutuhkan pengaruh. Dibutuhkan kerja keras untuk memperoleh pengaruh dalam organisasi publik, dan berjuang untuk mendapatkan hak menjadi seorang pemimpin. Jika seorang pemimpin tidak memiliki kekuatan pengaruh, maka dia tidak efektif. Kebanyakan pengikut menjadi sangat penuh kerjasama ketika kehidupan mereka dipertaruhkan.

KONSEP ORGANISASI PUBLIK
Organisasi yang terbesar di mana pun sudah barang tentu organisasi publik yang mewadahi seluruh lapisan masyarakat dengan ruang lingkup negara. Oleh karena itu, organisasi publik mempunyai kewenangan yang absah (terlegitimasi) di bidang politik, administrasi, pemerintahan dan hukum secara terlembaga sehingga mempunyai kewajiban melindungi warganya, serta melayani kebutuhannya. Sebaliknya, berhak pula memungut pajak untuk pendanaan, dan menjatuhkan hukuman sebagai sanksi penegasan peraturan.
Organisasi publik sering kita lihat pada bentuk organisasi instansi pemerintah yang juga dikenal sebagai birokrasi pemerintah. Istilah birokrasi ini diberikan kepada instansi pemerintah karena pada awalnya tipe organisasi yang ideal (yang disebut birokrasi dan orang-orangnya disebut birokrat ini) merupakan bentuk yang sebagian besar diterima dan diterapkan oleh instansi pemerintah.
Dalam pandangan Max Weber, organisasi itu tetap merupakan sebagai suatu lingkaran masyarakat yang harus membiasakan dirinya untuk patuh kepada perintah pemimpinnya, di mana masing-masing mempunyai perhatian pribadi secara berkesinambungan dalam pengaturan kebijaksanaan, sebagai partisipasi mereka bersama dan hasil yang bermanfaat, dapat dilakukan pembagian pelatihan kerja dan fungsi (tugas) mereka masing-masing. Dengan demikian pada gilirannya akan dipersiapkan untuk kemantapan mereka sendiri
Hubungan yang terstruktur dapat secara sederhana digambarkan sebagai piramida, di mana pemimpin organisasi menduduki posisi puncak dalam hubungan kepemimpinan dan pengambilan keputusan . Dominasi kekuasaan terbagi secara hierarkis dari pucuk pimpinan sampai ke staf bawah. Dalam struktur demikian arus perintah mengalir dari atas ke bawah, sedangkan arus pertanggungjawaban mengalir dari arah sebaliknya, yaitu dari bawah ke atas.

MENJADI PEMIMPIN YANG BAIK DALAM ORGANISASI PUBLIK
Seorang pemimpin harus mampu dan mau untuk berada di depan, dan memimpin jalannya organisasi. Ini memerlukan inisiatif, keberanian, dan iman.
Seorang pemimpin tidak akan pernah dapat menyendiri. Ia adalah bagian dari kumpulannya dan bertanggung jawab sebagai pemimpinnya. Ia harus dapat diidentifikasikan dengan kumpulannya itu, bukan sebagai anggota dari kelompoknya, melainkan sebagai penanggungjawab arah dan kegiatannya.
Seorang pemimpin memiliki kemampuan memberikan inspirasi bagi yang lainnya, pada tingkatan bawah tetap dan positif memengaruhi sikap serta tindakan mereka untuk bergerak ke arah yang benar. Ia menginspirasi mereka untuk tetap bergerak walaupun jalan sangat berat dan banyak rintangan.
Seorang pemimpin memiliki karakter yang membuat orang lain ingin mengikutinya. Seorang pemimpin tidak bisa dikatakan pemimpin apabila tidak ada yang mengikutinya. Hal ini adalah tanda yang utama dari kualitas kepemimpinannya “orang mengikutinya”.
Bagian yang penting dari kepemimpinan yang efektif adalah kemampuan untuk memotivasi yang lain, misalnya membuat mereka bergerak ke arah yang benar. Namun, motivasi hanya efektif bila tujuan utamanya benar-benar tercapai. Beberapa pemimpin menggerakkan orang, mereka terlibat dalam segala kegiatan dan program, tetapi mereka tidak mencapai tujuan utama mereka, hanya bergerak dalam berbagai kegiatan. Kepemimpinan yang benar menghasilkan yang tuntas. Ia mencapai target dan tujuan utamanya.
Dalam organisasi publik, menjadi seorang leader harus memenuhi ciri-ciri sebagai berikut; (1) pemimpin yang baik mampu menciptakan lingkungan yang tepat. Cara yang paling baik untuk memiliki loyalitas personel ialah dengan memperlihatkan perhatian kepada mereka dengan kata-kata dan perbuatan; (2) Pemimpin yang baik mengetahui kebutuhan dasar bawahannya; (3) Pemimpin yang baik mampu men gendalikan keuangan, personalia, dan perencanaan; (4) Pemimpin yang baik mampu menghindari tujuh dosa yang mematikan, yaitu : (a) Berusaha untuk disukai, bukan dihormati, (b) Tidak minta nasehat dan bantuan orang lain, (c) Mengesampingkan bakat pribadi dengan menekan peraturan bukan keahlian, (d) tidak menjaga dikritik tetap konstruktif, (e) tidak mengembangkan rasa tanggung jawab dalam diri orang lain, (f) memperlakukan setiap orang dengan cara yang sama, (g) tidak membuat setiap orang selalu mendapat informasi.
Kepemimpinan merupakan suatu bentuk dominasi yang didasari oleh kapabilitas/kemampuan pribadi, yaitu mampu mendorong dan mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu guna mencapai tujuan bersama. Kepemimpinan tersebut juga berdasarkan pada; akseptansi/penerimaan oleh kelompok, dan pemilikan keahlian khusus pada satu situasi khusus. Maka dalam iklim demokrasi pada organisasi publik kita berkepentingan dengan kepemimpinan demokratis, demi pencapaian kesejahteraan dan keadilan yang lebih merata dalam lingkungan organisasi.
Namun kenyataan menunjukkan, bahwa dalam masyarakat modern yang banyak menonjolkan individualisme sekarang banyak terdapat orang sangat ambisius, bahkan paling ambisius, untuk muncul menjadi pemimpin demi interes-interes pribadi.
Orang yang teramat suka menonjolkan dan mengiklankan diri itu yang dengan segala upaya licik, ingin menjabat kursi kepemimpinan, biasanya adalah tipe orang yang sakit atau abnormal. Maka dapat dinyatakan , bahwa banyaknya pemimpin obnormal (yang korup, patologis, egoistis, tidak bertanggungjawab, kriminal, sadis, dan lain-lain), itu jelas mencerminkan adanya masyarakat yang sakit.
Dengan kata lain, masyarakat yang sakit akan menghasilkan pemimpin-pemimpin yang sakit atau abnormal. Dan sebaliknya, pemimpin-pemimpin yang sakit pasti akan memunculkan masyarakat yang sakit, yang dipenuhi banyak konflik, diorganisir dan disfungsi sosial.

SIMPULAN
Dalam organisasi publik, kepemimpinan adalah proses seorang pemimpin mempengaruhi anggota-anggotanya untuk pencapaian tujuan organisasi publik. Untuk itu seorang pemimpin dituntut untuk memiliki kapabilitas, kemampuan, dan tanggung jawab untuk memimpin semua elemen yang ada dalam organisasi.
Seorang pemimpin harus mempunyai karakter kepemimpinan. Karakter membedakan para pemimpin besar dengan kebanyakan orang. Pemimpin mempunyai karakter yang stabil sepanjang waktu, dan dalam lingkungan yang berbeda. Oleh karenanya, bisa dikatakan bahwa karakter yang dipunyai para pemimpin besar tidak memandang kapan dan di mana mereka hidup
Kepemimpinan merupakan suatu bentuk dominasi yang didasari oleh kapabilitas/kemampuan pribadi, yaitu mampu mendorong dan mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu guna mencapai tujuan bersama.
Untuk itu seorang pemimpin yang berkompeten sangat dibutuhkan dalam organisasi publik, oleh karena organisasi publik yang merupakan birokrasi pemerintahan sebaiknya berorientasi kepada pelayanan. Pelayanan dalam organisasi publik dapat terwujud tergantung dari bagaimana para birokrat bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas pelayanan tersebut, dan hal ini sangat tergantung kepada perlakuan dari seorang pemimpin dalam organisasi publik.

DAFTAR PUSTAKA
Ari Retno Habsari. 2008. Terobosan Kepemimpinan. PT. Buku Kita. Jakarta
Harbani Pasolong. 2007. Teori Administrasi Publik. Alfabetha. Bandung.
Inu Kencana Syafiie. 2006. Ilmu Administrasi Publik. Rieneka Cipta. Jakarta
Kartini Kartono. 1998. Pemimpin dan Kepemimpinan. PT. Raja Prasindo Persada. Jakarta
Sopiah. 2008. Prilaku Organisasi. Andi Yogjakarta

Read More......

Kamis, 05 Mei 2011

TELADAN SANG UMMUL MUKMININ

BUKU
Judul: Memoar Aisyah r.a, Istri Kinasih Baginda Rasul Saw.
Penulis: Sulaiman an-Nadwi
Penerbit: -

BAB I
AISYAH R.A. (ASH-SHIDDIQAH): MASA KECIL, PERNIKAHAN DAN WAFATNYA

Bismillahirrahmanirrahim
AISYAH r.a. bergelar ash-Shiddiqah. Nama kecilnya adalah Humairah, julukan (kunniyat) dari Ummu Abdullah, juga dinamai Ummul Mu'minin ("Ibu Kaum Mukminin"). Ia tidak mempunyai anak dan sebutan keluarganya ber-dasarkan nama saudara perempuannya, Asma' binti Abu Bakar. Ia memakai nama keluarga yang merupakan penghargaan orang-orang Arab sebagai tanda kaum bangsawan. Ayahnya adalah Abdullah yang lebih dikenal bernama Abu Bakar dan mendapat julukan ash-Shiddiq. Sementara Aisyah merupakan cucu Abi Quhafah Utsman bin Amir bin Amar bin Ka'ab bin Sa'ad bin Tayim bin Murrah bin Ka'ab bin Luay bin Fihr bin Malik. Ibunya adalah Ummu Rauman Zainab binti Amir bin Uwaimir bin Abdusy-Syams bin 'Itab bin Uzainah bin Sabi'i bin Dahman bin al-Harits bin Ghanam bin Kinanah. Dengan demikian dari ayahnya, ia merupakan keturunan suku Quraisy Tayimiah dan dari pihak ibunya keturunan suku Quraisy Kinaniyah. Dari sisi ayah, silsilahnya bertemu dengan Rasulullah saw pada generasi ketujuh atau kedelapan. Dan dari ibunya bertemu pada keturunan yang kesebelas atau dua belas.
Suami pertama ibunya adalah Abdullah Fiza'i. Dan setelah suami pertama wafat, maka ia menikah lagi dengan Abu Bakar dan mempunyai dua anak, yaitu Abdurrahman dan Aisyah.
Ada perbedaan pendapat di antara para ahli sejarah tentang tahun kelahiran Aisyah; kemungkinan besar ia dilahirkan pada tahun kelima (atau keenam) dari kenabian. Rumah keluarga Abu Bakar penuh dengan rahmat Allah, dan rumah tangganya merupakan keluarga yang mula-mula mendapat-kan cahaya Islam, sementara Aisyah adalah salah satu di antara orang yang beruntung, karena ia tidak sempat berkenalan dengan paganisme (penyembah berhala). Aisyah berkata bahwa sejak semula dirinya mengetahui, bahwa kedua orangtuanya adalah Muslim.

Masa Kecil
Kalangan terpandang menunjukkan kebesaran mereka lewat perilaku dan adat istiadatnya, dalam tahun-tahun pertama pertumbuhan dan perkembangan seorang anak. Mereka menunjukkan bakat dan kecerdasan sebagai pertanda ketinggian derajat dalam hidup mereka kelak. Begitu juga Aisyah, tingkah lakunya amat mulia. Sebagai seorang anak, ia gemar mainan dan bermain sebagaimana anak-anak yang lain. la biasa berkumpul dengan teman-teman sebayanya dan bermain dengan mereka.
Begitu juga pada masa kanak-kanak, ia sangat dekat dengan Nabi, dan jika Nabi saw berkesempatan berpapasan dengan kelompok main Aisyah, mereka akan menyembunyikan mainannya dan dia sendiri bersembunyi. Tetapi Nabi meminta mereka meneruskan permainan mereka. Aisyah sangat gemar pada mainan boneka dan bermain ayunan. Salah satu dari mainannya adalah boneka kuda yang memiliki dua sayap. Nabi saw bertanya kepadanya, "Apa ini?" Aisyah menjawab bahwa itu adalah kuda. Nabi berkata bahwa kuda tak mempunyai sayap. Tiba-tiba ia menjawab, "Kuda Nabi Sulaiman punya sayap," maka Nabi saw pun tersenyum. Jawaban ini menunjukkan kepandaian, pengetahuan agama dan ketajaman intelektualnya.
Umumnya, anak-anak yang berumur di bawah tujuh atau delapan tahun adalah kurang hati-hati dan masa bodoh. Tetapi Aisyah memahami setiap arti sesuatu dari masa kanak-kanaknya, dapat menjelaskan arti dan tujuan mereka dan jika ada ayat al-Qur'an yang dibacakan kepadanya, ia terbiasa menghafalnya. Ia menyatakan bahwa saat sedang bermain, ketika itu turun ayat, "Sebenarnya hari Kiamat itulah hari yang dijanjikan kepada mereka dan Kiamat itu lebih dahsyat dan lebih pahit." (Q.S. al-Qamar: 46).
Pada waktu hijrah ke Madinah, Aisyah berumur delapan tahun, tetapi tak ada yang dapat mengingat secara detail dari peristiwa itu, kecuali dirinya.

Pernikahan
Istri Nabi saw yang pertama adalah Khadijah, putri dari Khuwallid yang hidup dengan beliau selama 25 tahun sampai wafatnya pada umur 65 tahun. Ia mening¬gal di bulan Ramadhan tahun kesepuluh dari masa kenabian, tiga tahun sebelum hijrah. Kala itu Nabi saw. berumur 50 tahun. Khadijah adalah orang kedua yang memeluk agama Islam dan telah banyak memberikan dorongan yang sangat berharga dengan penuh kesabar¬an kepada suaminya dalam usaha menegakkan keadilan dan mengatasl berbagai kesulitan. Ia amat simpatik dan menemani Nabi saw dalam setiap kesengsaraan serta selalu memberikan bantuan kepada beliau. Setelah pendamping hidupnya yang tercinta dan penuh penger¬tian itu wafat, Nabi sangat sedih dan murung, sehingga kehidupan sehari-hari merupakan penderitaan tersen¬diri bagi beliau. Banyak pengikut Nabi khawatir terhadap beliau. Khaulah binti Hakim, istri dari Utsman bin Mazh'un, sahabat Nabi saw., mendekati beliau dan menasihati agar Nabi menikah kembali. Nabi bertanya dengan perempuan mana beliau hendak menikah? Khaulah berkata bahwa ada seorang janda dan seorang gadis, masing-masing Saudah (seorang janda) putri Zama'ah dan Aisyah (yang masih gadis) putri Abu Bakar r.a. Nabi saw menyerahkan wewenang kepada Khaulah untuk menyampaikan permohonannya.
Pertama Khaulah menghubungi Abu Bakar untuk mengizinkan pernikahan ini, walaupun Aisyah sudah ditunangkan dengan Jabir bin Muthim. Sebelum memberikan izin kepada Nabi saw., Abu Bakar lebih dahulu menghubungi Muth'im bin Adi [ayah Jabir] yang belum masuk Islam. Istri Abu Bakar berkata bahwa jika Aisyah menjadi anggota keluarga mereka (Muth'im), anak-anaknya akan mengabaikan agama yang belum diterimanya. Dan akhirnya pertunangan dibatalkan.
Sebelum pernikahan beliau dengan Aisyah, Nabi saw telah bermimpi dimana malaikat memberikan kepada beliau sesuatu yang terbungkus oleh kain sutra. Nabi saw mengetahui dari malaikat, apa arti ini semua dan malaikat berkata bahwa ini adalah istri beliau. Ketika membuka tutup dari sutra itu, Nabi melihat Aisyah di dalamnya.
Ketika pernikahan dilaksanakan, Aisyah masih berumur 9 tahun, tetapi ia telah cukup terbentuk baik fisik maupun rnentalnya dalam cuaca Arab. Aisyah sendiri menyatakan bahwa maskawinnya seharga 500 dirham.
Setelah perayaan pernikahan, Aisyah tinggal dengan orangtuanya selama tiga tahun, yang mana selama dua tahun tiga bulan berada di Mekkah dan sembilan bulan, di Madinah setelah hijrah. Aisyah ingin menemani ayahnya ketika orangtuanya itu melaksanakan hijrah ke Habasyah (Abesinia), tetapi dihalangi oleh Ibnu ad-Dughunna agar mereka tidak melakukannya.
Penyiksaan terhadap orang-orang Islam oleh kaum penyembah berhala Mekkah, menyebabkan hijrahnya mereka ke Madinah. Ketika Nabi saw memutuskan hijrah sendiri, menurut Aisyah, beliau biasa mengunjungi Abu Bakar setiap hari, baik di pagi atau malam hari. Suatu hari Nabi mengunjungi Abu Bakar pada sore hari dan beliau menutupi wajahnya dengan kain. Nabi mendekati Abu Bakar dan memutuskan untuk hijrah ke Madinah. Anak perempuan Abu Bakar, Aisyah dan Asma' mengumpulkan kebutuhan untuk perjalanan. Meninggalkan keluarga di Mekkah, mereka hijrah ke Madinah dan menghindari musuh yang senantiasa mengganggu mereka. Mereka mencapai Madinah tanggal 12 Rabl'ul Awwal, 14 tahun setelah masa kenabian.
Setelah beberapa saat berada di Madinah, Nabi mengirim Zaid bin Haritsah dan pembantunya, Abu Rafa'i untuk membawa keluarganya dari Mekkah. Begitu juga Abu Bakar mengirim seseorang dengan mereka. Abdullah bin Abu Bakar mengawal ibunya dan dua saudara perempuannya dalam perjalanan ke Madinah. Tiba-tiba unta yang dikendarai Aisyah mulai berlari kencang pertanda bahaya dan kadang terpuruk beberapa saat, ibu Aisyah pun mulai menangis. Kemudian unta pun berjalan perlahan-lahan setelah berlari beberapa mil. Ketika rombongan ini sampai di Madinah, Nabi saw telah mendirikan masjid dan beberapa rumah. Dua putri Nabi saw., Fatimah dan Ummu Kultsum, serta istri beliau Saudah binti Zama'ah, menempati salah satu dari rumah itu. Aisyah tinggal dengan ibunya di rumah yang ditempati oleh Bani Harits bin Khazraj.
Cuaca di Madinah tidak cocok bagi kaum Muhajirin dan banyak di antara mereka yang jatuh sakit. Abu Bakar sakit dan dirawat oleh putrinya. Ketika ia mengeluh akan kesehatan ayahnya, sang ayah membacakan sebuah syair berkenaan hal itu:
"Setiap anggota keluarga adalah ujian dan bahwasanya maut itu lebih dekat kepadanya daripada tali sepatunya." Aisyah memberitahukan kondisi ayahnya kepada Nabi saw. agar beliau mendoakan kesembuhannya. Ayahnya lantas sembuh, namun kemudian giliran putrinya (Aisyah) jatuh sakit. Banyak rambutnya yang rontok. Ketika kesehatannya pulih secara total, Abu Bakar mendekati Nabi, dan meyakinkan beliau bahwa Aisyah dapat dipanggil ke rumah beliau. Rasul saw menyatakan bahwa beliau tak punya uang untuk membayar mahar. Abu Bakar menawari memberi pinjaman yang diterima Nabi dan kemudian diberikannya kepada Aisyah.
Para perempuan Anshar datang ke rumah Abu Bakar. Ummu Rauman memandikan dan merias pengantin perempuan, lantas didekatkan kepada kaum perempuan Anshar yang kemudian berkata, "Kehadiranmu telah mendatangkan rahmat dan keberuntungan."
Tak lama kemudian Nabi saw. datang. Tak ada sesuatu pun untuk diberikan kepada Nabi kecuali semangkok susu. Nabi meminumnya seteguk, kemudian memberikannya kepada Aisyah yang malu-malu untuk meminumnya. Para perempuan Anshar itu menyarankan Aisyah untuk tidak menolak pemberian Nabi. Kemudian ia mengambilnya. Nabi saw memintanya untuk memberikan itu juga kepada teman-temannya, tetapi mereka berkata bahwa mereka tidak haus. Nabi saw. bersabda, "Jangan berkata bohong, karena setiap kebohongan dicatat!"
Pemberangkatan pengantin perempuan dari rumah orangtuanya dilakukan pada tanggal 1 Syawal setelah hijrah. Perhelatan pernikahan itu sangat sederhana.
Suatu pernikahan yang tidak sebagaimana biasanya. Pertama, orang Arab tidak memberikan bantuan bagi anak-anak perempuannya kepada (siapa mereka memanggil) saudara-saudara laki-lakinya (walaupun mereka bukan benar-benar saudara). Abu Bakar mengajukan keberatannya, tetapi Nabi saw bersabda bahwa saudara seiman bukanlah benar-benar saudara yang dapat dikategorikan sebagai larangan. Kedua, orang-orang Arab menganggap bulan Syawal adalah bulan yang tidak baik untuk pemberangkatan pengantin perempuan. Pernikahan dan pemberangkatan Aisyah kedua-duanya terjadi pada bulan tersebut. Orang Arab juga mempunyai kebiasaan menyalakan lampu obor sebelum perayaan dan seorang suami biasanya pertama berjumpa dengan pengantin perempuannya di pelaminan. Semua kebiasaan-kebiasaan tersebut ditinggalkan pada pernikahan ini.

Pendidikan dan Asuhan
Tidak banyak laki-laki di antara orang Arab yang pandai membaca dan menulis, juga perempuannya. Pada waktu Islam diturunkan, tidak lebih dari tujuh belas orang yang bisa membaca dan menulis di kalangan seluruh kaum Quraisy. Di antara mereka hanya ada satu orang perempuan, yaitu Syafa' binti Abdullah Adwiyah. Dari sekian banyak kelebihan yang dibawa oleh Islam, keadaan inilah yang diupayakan dalam era pendidikan dan pengajaran dengan penyebaran Islam. Sebagai tebusan bagi para tawanan Perang Badar: siapa yang pandai masing-masing harus mengajar sepuluh anak Muslim. Ada 100 orang yang diajar membaca dan menulis oleh Syafa'. Di antara istri-istri Nabi saw., Hafsah dan Ummu Salamah dapat membaca dan menulis; Hafsah telah belajar dari Syafa' binti Abdullah atas petunjuk Nabi. Banyak kaum laki-laki datang secara pribadi kepada Nabi, dan para sahabat mulia terkemudian mendapatkan inspirasi spiritual dan muncul rasa keagungan yang sebelumnya tidak mereka kenal. Suatu kesempatan baik yang belum didapatkan perempuan. Istri Nabi saw sendiri yang dekat dengan beliau memperoleh pengajaran langsung dari beliau dan secara pelan-pelan menyebarluaskan (Islam), dan di antara mereka banyak yang mengabdikan diri untuk berdakwah. Semua istri Nabi adalah para janda kecuali Aisyah, dan hanya dialah yang beruntung mendapat asuhan yang membentuk pribadinya lewat kasih sayang serta bimbingan Nabi Muhammad saw. Dengan kehendak Allah swt., sejak awal masa pendidikan dan asuhannya, ia dijauhkan dari lingkungan yang tidak baik dan dibawa ke tempat tinggal Nabi untuk mendapatkan teladan dan kasih sayang agar menjadi penerang dan pembimbing bagi kaum Muslimah.
Di antara orang-orang Quraisy, Abu Bakar adalah ahli silsilah keturunan dan penyair. Aisyah menguasai seni semacam ini sebagai turunan dari keluarganya, tetapi pendidikannya yang sebenarnya diperoleh setelah menikah. la mulai belajar membaca dan menulis serta dalam waktu singkat sudah dapat membaca al-Qur'an. Membaca dan menulis adalah, betapapun, semata-mata wujud lahiriah dari pendidikan. Hakikat dari belajar dan pendidikan yang sesungguhnya adalah jauh lebih tinggi. Hal itu meliputi perkembangan nilai-nilai kemanusiaan, keluhuran budi, pemahaman tentang dasar-dasar agama, serta ketetapan dan perintah Nabi saw., juga pengetahuan dari ayat-ayat Allah. Aisyah dikaitkan dengan ini semua yang diketahui dari tingkat kecerdasannya. Selain dari pengetahuan agama, ia pun mengetahui tentang sejarah dan kesusastraan serta berbagai pengobatan. Ia belajar sejarah dan kesusastraan dari ayahnya, dan kedokteran dari beberapa ahli kedokteran Arab yang mengunjungi Nabi saw. Ia telah belajar berbagai macam penyakit dan pengobatan dari mereka.
Nabi biasa memberi pengertian keagamaan sehari-hari di rumahnya dan Aisyah sangat teliti juga tekun mendengarkannya. Jika mempunyai masalah tentang sesuatu, ia akan bertanya kepada Nabi saw setelah ceramah. Aisyah biasa mengajar para perempuan yang berkumpul di rumahnya secara mingguan. Siang dan malam ia biasa mendengarkan pokok pembicaraan, dalil-dalil dan hukum agama dari Nabi saw. Aisyah sendiri biasa menyikapi suatu masalah. Nabi memberi pemecahan dan tidak akan berhenti sebelum masalahnya jelas dan terpecahkan baginya. Suatu ketika Nabi saw. bersabda, "Siapa pun akan dihisab di akhirat, dan amal baiknya akan ditaksir."
Aisyah berkata bahwa Allah swt. berfirman, "Adapun orang yang diberikan kitabnya dari setelah kanannya, maka ia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah." (Q.s. al-Insyiqaq: 7-8)
Nabi berkata bahwa hal ini berkaitan dengan penjelasan tentang perhitungan, tetapi seseorang diharuskan melewati suatu ujian dan pertanyaan yang sulit. Suatu hari Aisyah bertanya kepada Nabi saw tentang firman Allah, "(Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit, dan mereka semuanya (di padang Mahsyar) berkumpul menghadap ke hadirat Allah Yang Mahakuasa lagi Mahaperkasa." (Q.s. Ibrahim: 48)
Tetapi pada ayat lain Allah swt. berfirman, "Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya, padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari Kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya." (Q.s. az-Zumar: 67)
Aisyah menyela, "Akan dikemanakan manusia jika tidak ada bumi dan langit (surga)?"
Nabi saw. menjawab, "Antara dunia dan akhirat." Selama mengkaji ayat Allah, Nabi bersabda, "Pada hari Kebangkitan orang-orang akan dibangkitkan dalam keadaan telanjang."
Aisyah bertanya, "Wahai utusan Allah! Jika laki-laki dan perempuan dibangkitkan bersama-sama, akankah pandangan mereka saling memperhatikan secara bersama pada saat itu?"
Nabi saw. menjawab, "Ini merupakan saat yang sangat dahsyat, tak seorang pun akan berpikir yang lain."
Aisyah kemudian meminta keterangan, "Akankah seseorang ingat pada yang lain di hari itu?"
Nabi menjawab, "Tidak, pada tiga kesempatan ketika orang akan ditimbang amal perbuatannya, saat buku catatan amalnya akan diberikan kepadanya, dan tatkala neraka akan meraung-raung meminta tiga macam manusia."
Ia ingin bertanya apakah perbuatan yang baik dari orang kafir dan penyembah banyak tuhan akan mendapat balasan. Abdullah bin Jad'an adalah orang kafir yang baik budi di Mekkah yang memanggil orang-orang Quraisy untuk memutuskan pelanggaran dan pertumpahan darah, dan Nabi saw ikut serta dalam pertemuan itu. Aisyah meminta penjelasan, "Wahai Nabi Allah! Selama hidupnya Abdullah bin jad'an biasa memperlakukan orang secara baik dan memberi makan orang miskin. Akankah ada balasan dari kedermawanan dan kebaikannya?" Beliau menjawab, "Tidak Aisyah, ia tidak pernah bertobat kepada Allah [atas kekafirannya] untuk menghapus dosa-dosanya hingga datang hari keputusan."
Jihad adalah kewajiban yang harus dipenuhi setiap Muslim, dan Aisyah berpandangan bahwa tak ada perbedaan antara Muslim laki-laki maupun perempuan; dimana jihad juga diwajibkan bagi perempuan. Aisyah meminta keterangan masalah ini kepada Nabi saw yang kemudian dijawab oleh beliau, "Jihad bagi perempuan adalah pergi haji."
Untuk suatu pernikahan, persetujuan dari perempuan sangat perlu, tetapi para gadis tak membicarakan tentang hal ini. Aisyah bertanya kepada Nabi, "Akankah persetujuan dari calon pengantin perempuan juga diminta sebelum pernikahan?"
Ketika dijawab oleh Nabi saw. bahwa diperlukan persetujuan mereka, Aisyah lantas berkata, "Tetapi pihak perempuan akan tetap diam jika dimintai pendapat."
Nabi bersabda, "Diamnya itu menunjukkan persetujuannya."
Dalam Islam, tetangga lebih utama daripada yang lain, tetapi bila seseorang mempunyai dua orang tetangga yang sangat dekat, kemudian siapa yang lebih utama diberi? Aisyah menjawab pertanyaan ini sebelum Nabi saw memberi jawaban, "Yaitu tetangga yang pintu rumahnya lebih dekat."
Suatu hari Aisyah kedatangan tamu yang pernah mengasuhnya sewaktu kecil (yang berperan dalam mendidiknya), yaitu pamannya. Tetapi Aisyah tak mau menemuinya dan berkata, "Jika aku pernah menyusu kepada seorang perempuan, apa yang harus aku kerjakan dengan saudara laki-laki dari suaminya?"
Ketika Nabi saw datang, ia meminta keterangan tentang hal ini, kemudian beliau menjawab, "ia adalah pamanmu, perkenankan ia masuk dan temuilah!"
Ada ayat yang berbunyi, "Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka." (Q.s. al-Mu'minun: 60)
Aisyah ragu-ragu jika dalam hal ini termasuk juga pencuri, pemabuk dan orang-orang jahat yang takut kepada Allah swt. Nabi menyatakan bahwa hal ini hanya untuk orang-orang yang memelihara shalatnya dan suka melaksanakan puasa serta merasa takut kepada Allah."
Nabi saw. bersabda, "Barangsiapa gembira berjumpa dengan Allah, maka Allah juga gembira dengannya, dan barangsiapa tak suka berjumpa dengan Allah, maka Allah juga tidak suka berjumpa dengannya."
Aisyah berkata, "Tak seorang pun dari kita suka berjumpa dengan kematian."
Nabi menyatakan bahwa ini bukan arti dari ayat tadi. Namun, hal ini berarti bahwa ketika seorang Mukmin mendengar tentang Rahman dan Rahim-Nya juga tentang surga, hatinya ingin cepat-cepat bersua Allah, dan Allah pun niscaya segera berjumpa dengannya. Dan tatkala orang kafir mendengar tentang hukuman dan kemurkaan Allah, mereka benci bertemu dengan-Nya dan Allah swt. juga benci terhadapnya.
Banyak pertanyaan dan diskusi Aisyah seperti ini yang ditulis dalam buku-buku hadis, yang mana dalam kenyataan, merupakan bagian dari pendidikan dan pengajarannya.
Suatu hari seorang laki-laki ingin bertatap muka dengan Nabi saw yang memberikan izin kepadanya untuk memasuki ruangan, walaupun beliau mengetahui bahwa orang itu adalah penjahat dan pendosa. Ketika orang itu masuk, Nabi berbicara kepadanya dengan ramah-tamah dan penuh perhatian. Ketika tamu itu telah pergi, Aisyah meminta keterangan, mengapa Nabi menyambutnya sedemikian rupa, padahal beliau mengetahui bahwa ia adalah pendosa. Nabi saw. menjawab, "Sejelek-jelek manusia adalah orang yang dihindari (diacuhkan orang) karena perbuatannya yang tidak patut."
Dalam suatu kesempatan Nabi saw. bersabda, "Bersikap moderat (tidak berlebihan), menumbuhkan rasa sayang dirimu sendiri atas orang-orang, dan memberikan kabar (pengertian) bahwa perbuatan mereka (sendiri, tanpa pertolongan) tak akan membawa mereka ke surga." Hal ini tampak asing bagi Aisyah dan ia berpikir bahwa orang-orang yang tak berdosa tentu dikecualikan (terbebaskan). Ia bertanya, "Wahai Nabi, bukankah perilaku Anda merupakan jaminan untuk memasuki surga?"
Nabi saw menjawab, "Bahkan tidak, kecuali jika Tuhan menyelimuti diriku dengan rahmat dan ampunan-Nya.
Suatu ketika Nabi saw hendak tidur tanpa melaksanakan shalat Witir. Aisyah lantas mengingatkan beliau, yang kemudian dijawab oleh Nabi saw., "Mataku tidur tetapi hatiku tidak." Rupanya peringatan Aisyah dijawab dengan penuh bijaksana, tetapi jika Aisyah tidak ditegasi, masyarakat akan tetap dalam kebodohan terhadap kenyataan dari kenabian ini.
Di samping sejumlah pertanyaan dan diskusi ini, Nabi juga memperhatikan apa yang biasa dilakukan Aisyah, jika ia salah maka Nabi akan mengoreksinya. Beberapa orang Yahudi datang kepada Nabi saw. Jangankan mengucapkan, 'Assalamu'alaika" (Keselamatan tetap untukmu), mereka justru mengatakan, 'Assam'alaika!" (Mampuslah engkau!). Nabi saw. menjawab, "Padamu juga." Tetapi Aisyah yang mendengarkan tak dapat mengontrol dirinya sendiri dan berkata, "Mampus dan terkutuklah kalian!" Nabi mengingatkannya untuk bersabar, sebab Allah menyukai orang yang sabar pada setiap masalah.
Seseorang telah mencuri barang Aisyah, dan dalam kemarahannya Aisyah mengutuk si pencuri. Nabi saw. mengingatkan, "Dengan mengutuk seperti itu tidak menambah pahalamu, juga dosa orang lain.
Aisyah pernah mendampingi Nabi saw dalam suatu perjalanan di atas punggung unta, dan untanya mulai berjalan tidak normal, maka Aisyah mengumpatnya. Kemudian Nabi mengembalikan untanya dengan mengata-kan bahwa barang yang diumpat itu tidak dapat pergi dengannya. Ini berarti bahwa Nabi melarang Aisyah, bahwa seseorang tak boleh berbicara jelek walaupun pada binatang.
Pada umumnya orang-orang dan khususnya perempuan, tidak meng-hiraukan dosa-dosa kecil. Nabi bersabda kepada Aisyah, "Jauhilah, sekalipun dari dosa-dosa kecil, sebab dosa kecil itu besok akan tetap diperhitungkan." Selama pada suatu pembicaraan Aisyah menggambarkan seorang perempuan sebagai memiliki derajat rendah. Nabi saw menghentikan pembicaraannya dengan menyatakan bahwa itu termasuk fitnah.
Safiyah, salah satu istri Nabi, adalah orang yang berstatus rendah dan Aisyah mencontohkannya selama pembicaraan. Nabi saw. mengingatkan, "Jika engkau mengeruhkan air di suatu danau dengan apa yang telah dikatakan, ia akan membuat rasa asam."
Aisyah berkata bahwa itu adalah suatu kenyataan. Nabi menyatakan bahwa beliau tidak akan berbicara seperti itu walaupun akan memperoleh hadiah seisi dunia.
Suatu ketika seorang pengemis menghampiri pintu rumah Nabi. Atas petunjuk Aisyah, pembantu rumah tangganya mengambilkan sesuatu untuk diberikan kepada pengemis dalam jumlah sedikit. Nabi saw. bersabda, "Janganlah berperhitungan dalam bersedekah, atau Allah akan menyempitkan rezeki bagimu!"

Read More......

KEBIJAKAN PUBLIK

BUKU
Judul: Kebijakan Publik, Administrasi Publik dan Analisis Kebijakan Publik
Penulis: Sugiyanto, SH.,MPA.
Penerbit: UI, -

BAGIAN I
KEBIJAKAN PUBLIK — ADMINISTRASI PUBLIK — ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK

PERHATIAN terhadap analisis kebijakan berkembang secara mantap baru akhir-akhir ini. Dimulai dari Amerika Serikat pada dekade 1960s, gerakan perhati kebijakan publik berkembang pada dua sumber perhatian. Pertama, skala dan bertubi-tubinya masalah-masalah yang dihadapi pemerintah pada masyarakat industri Barat mendorong para pembuat kebijakan mencari bantuan solusi masalah-masalah tersebut. Kedua, para peneliti akademisi, terutama di bidang disiplin ilmu sosial, berpaling perhatiannya pada isu-isu yang berkaitan dengen kebijakan, dan berusaha menerapkan pengetahuan mereka untuk menangani berbagai isu tersebut. Perlu dicatat di sini kita tidak perlu menonjolkan satu dari yang lain. Tidak tterdapat sesuatu hal tiba-tiba dapat mendorong para pembuat kebijakan untuk beralih profesi ke bidang penelitian akademis, demikian sebaliknya tidak mungkin terjadi reorientasi mendadak di antara pada peneliti untuk beralih ke kegiatan analisis kebijakan. Berbagai universitas telah mengembangkan program program pembela-jaran bidang kebijakan publik; sejumlah jurnal akademis mengkhususkan pada bidang kebijakan publik, ilmu kebijakan dan studi kebijakan dipopulerkan; sedang-kan para dosen atau peneliti dalam berbagai disiplin ilmu yang sudah mapan seperti ilmu politik, ekonomi dan sosiologi mulai mempublikasikan tema-tema yang berkaitan dengan kebijakan. Pada saat yang sama di lingkungan pemerintahan mulai merekrut analis kebijakan, serta berkembangnya tuntutan akan kebutuhan skill dan kemampuan teknis guna mendukung kegiatan analisis kebijakan seperti cost benefit analysis, programme budgeting, serta analisis dampak.
Heclo (1972, hal.83), salah seorang penulis mengenai perkembangan kebijakan publik dan analisis kebijakan, menyatakan bahwa yang terjadi adalah “renewed fashionability” terhadap analisis kebijakan. Maksudnya, walaupun bidang analisis kebijakan berkembang sedemikian rupa, namun sebenarnya tidak seluruh-nya merupakan hal baru. Bahkan Rhodes (1979, hal.26) berdasar pengamatannya, berbagai karya yang mengklaim baru ternyata "all very familiar”. Ketidakasingan kita terhadap bidang ilmu yang baru ini karena pada dasarnya kebijakan publik sudah menjadi fokus perhatian dalam bidang pemerintahan maupun sebagai isu di antara para akademisi dan peneliti. Bidang studi yang semula dikembangkan oleh para ilmuwan bidang politik, ekonomi dan lainnya pada saat ini telah dipayungi oleh atau dikaji dalam perspektif disiplin analisis kebijakan. Semakin banyak para pakar seperti Keynes, Webbs atau Marx,secara individual terlibat dalam upaya untuk mengaplikasikan ilmu sosial dalam menjwab persoalan-paersoalan yang dihadapi pemerintah atau mempengaruhi berbagai kegiatan pengambilan keputusan.
Dalam perkembangannya terjadi perubahan skala perhatian terhadap isu-isu kebijakan sedemikian rupa, sehingga disiplin ilmu kebijakan publik mulai menawar-kan pendekatan baru dalam mengantisipasi persoalan yang dihadapi pemerintah dibandingkan dengan pendekatan administrasi publik yang dirasakan gagal sebagai-mana ditawarkan dalam program atau kursus-kursus analisis kebijakan publik di berbagai universitas di Amerika Serikat pada akhir dekade 1960-an. Kebanyakan program Master di bidang Kebijakan Publik mengacu pada program Master di bidang administrasi bisnis yang diselenggarakan perguruan tinggi bisnis. Pendekatan lebih ditekankan pada metoda kuantitatif dikombinasikan dengan analisis organisasi serta pengembangan kemampuan managerial melalui studi-kasus. Beberapa program juga mengajarkan mengenai etika dan nilai-nilai. Berbagai program dengan pendekatan baru menjanjikan mampu membedakan secara jelas antara administrasi publik dengan administrasi bisnis, namun menurut Rhodes (1979) banyak pengamat masih merasa belum sepenuhnya puas.
Apabila Amerika Serikat sebagai pelopor dalam pengembangan kebijakan pubIik sudah memulai tahun 1960-an, maka di Inggris program-progran pendidikan penelitian berbagai universitas di bidang kebijakan publik mulai tumbuh pada pertengahan 1970-an sebagaimana terlihat dari bermunculannya sejumlah jurnal dan publikasi dengan fokus kebijakan publik; serangkaian diskusi wacana kebijakan publik dilakukan dengan formasi "British Brooking" yang mengambil mode "the Brooking Institution" di Washington. Cita-cita mereka adalah mendirikan suatu pusat penelitian kebijakan publik untuk mempersembahkan karya berkualitas tinggi dalam menjawab persoalan yang dihadapi pemerintah. Perbedaan yang signifikan antara gerakan kebijakan publik yang dikembangkan di Inggris dan Amerika Serikat adalah bahwa sikap pemerintah Amerika Serikat terhadap ilmu-ilmu sosial lebih menguntungkan daripada di Inggris. Akibatnya, pendanaan oleh pemerintah terhadap kegiatan penelitian ilmu sosial atau pemanfaatan para akademisi dalam posisi pemerintahan di Amerika Serikat jauh lebih tinggi daripada di Inggris (Sharpe,1975). Perbedaan lainnya, di Inggris para analis kebijakan jarang sekali dipekerjakan dalam instansi pemerintahan, sehingga sangat dirasakan di kalangan para pejabat pemerintah, administrator atau spesialis akan kurangnya kompetensi di bidang analisis kebijakan. (Gunn, 1981).
Sejauh ini dapat dipahami bahwa istilah analisis kebijakan menggambarkan suatu wilayah beraneka kegiatan. Sedemikian bervariasinya jenis dan jumlah kegiatannya sehingga Wildaysky (1979, hal.15) menyatakan “there can be no one definition of policy analysis". Dalam pandangan Wildaysky. Lebih penting mempraktekkan analisis kebijakan daripada mendefinisikannya, sebagaimana komentarnya "...analysis shoulalbe shown not just defined. Nothing is more stultifying than a futile search for Aritotelian essences". (hal. 410). Demikian selanjutnya sampai saat ini terus diupayakan berbagai pakar untuk memperoleh formula konsep dasar dan terminologi kebijakan publik yang semakin mapan.

RUANG LINGKUP DAN ORIENTASI KEBIJAKAN PUBLIK
Salah satu persoalan yang dihadapi para mahasiswa di bidang kebijakan publik adalah beraneka dan bervariasinya terminologi yang digunakan dalam literatur. Dalam literatur internasional istilah yang paling banyak dipakai adalah “policy science” (ilmu kebijakan), “policy studies” (studi kebijakan), dan “policy analysis” (analisis kebijakan). Kadang-kadang istilah tersebut digunakan secara khusus, ddidefinisikan secara baik, tetapi kadang-kadang juga digunakan secara bergantian. Apabila dalam suatu literatur istilah tersebut telah didefinisikan, oleh penulis lain dipakai secara tidak konsisten. Banyak pihak yang cenderung menghindari perdebatan mengenai batasan kebijakan publik.
Sampai saat ini istilah yang paling banyak digunakan para penulis, menurut Ham dan Hill (1986), Dror (1971), Laswell (1951), Jenkins (1978) serta Wildavsky (1979) adalah “policy analysis" (analisis kebijakan). Menurut Ham dan Hill, di samping faktor favorit, alasan memilih istilah analisis kebijakan adalah perlu dibedakannya antara "analysis of policy” dan "analysis for policy” ( analisis tentang kebijakannya dan analisis untuk membuat kebijakan). Pembedaan ini sangat penting untuk diperhatikan dalam analisis kebijakan selaku kegiatan akademis yang utamanya bertujuan untuk membantu berbagai upaya mengatasi permasalahan sosial.
kebijakan menurut Thomas Dye "is finding out what governments do, why they do it, and what difference it makes" (untuk mengatahui apa yang dikerjakan pemerintah, mengapa mereka melakukan hal tersebut, dan hasil perubahan apa yang hendak dicapai). Menurut pandangan Dye semua definisi analisi kebijakan selalu bermuara pada uraian dan penjelasan mengenai penyebab dan konsekuensi dari perbuatan pemerintah. Definisi ini nampaknya merambah pada subyek kajian ilmu politik. Untuk membedakan, para ilmuwan politik tradisionil dalam membahas penyebab dan konsekuensi dari perbuatan pemerintah lebih ditekankan pada Institusi dan struktur dari pemerintahan, yang kemudian mulai juga memfokuskan pada aspek perilaku. Sedangkan para analis kebijakan lebih menekankan pada apa yang dikerjakan pemerintah.
Pengertian analisis kebijakan yang menekankan pada analisis dalam pening-katan pengetahuan mengenai kegiatan pemerintah tersebut juga mampunyai dimensi kemanfaatan bagi para pembuat kebijakan dalam upaya meningkatkan kualitas kebijakan publik-nya sendiri; sebab kebijakan publik merupakan "a prescriptive as well as descriptive activity”. Perkembangan orientasi kebijakan dalam berbagai ilmu sosial maupun disiplin ilmu lainnya mencakup due elemen, yaitu: (1) pengembangan pengetahuan tentang proses kebijakannya sendiri, serta (2) peningkatan kualitas informasi yang tersedia bagi pembuat kebijakan.
Laswell (1971) mengemukakan bahwa orientasi kebijakan sebagai pendekatan ilmu kebijakan adalah "the contribution of systematic knowledge, structured rationality and organised creativity to better policy making”. Lebih lanjut dikatakan bahwa para ilmuwan kebijakan mengkonsentrasikan diri pada "the fundamental problems of man in society" (masalah mendasar kemanusiaan dalam masyarakat), dan membantu pencapaian "the realisation of human dignity in theory and fact" (terealisasinya martabat manusia menurut teori maupun kenyataan), ditambah Dror (1971) “policy sciences is essential for improvement of the human condition, and, indeed for avoidance of catastrophe" (ilmu kebijakan utamanya adalah untuk meningkatkan kondisi kemanusiaan, dan menghindari bencana).
Pada dimensi orientasinya sebagai preskripsi (resep), dalam analisis terhadap permasalahan yang dihadapi para pembuat kebijakan, analisis kebijakan memerlukan proses kreativitas, imajinasi dan craftmanship (Wildaysky). Peranan para analis dengan demikian adalah bagaimana melokalisasi masalah yang memerlukan solusi pemecahannya. Tuntutan akan peranan para analis kebijakan –kreativitas, imajinasi dan craftmanship– menjadi tidak sederhana apabila dikaitkan denganpendapat Michael Hill yang menyatakan "in the public domain, management takes place within a framework of public debate, characterized by conflicting values and interest, public choice, public accountability and a political environment" (di bidang/domein publik, manajemen ditempatkan pada kerangka kerja pengelolaan debat publik, yang ditandai dengan saratnya konflik nilai dan kepentingan, selera publik, akuntabilitas publik dan lingkungan politis). Kondisi demikian dalam kadar tertentu menjadi dilematis bagi para analis kebijakan dalam orientasinya apakah sepenuhnya pada ilmu sosial semata-mata atau juga terhadap politik praktis. Pada skala yang lebih besar, hal tersebut merupakan persoalan hubungan antara administrasi publik dan kebijakan publik dengan politik.
Untuk memahami posisi kebijakan publik dalam administrasi publik/negara dan keterkaitannya dengan ilmu politik, perlu dibahas: Paradigma Administrasi Publik, Administrasi Publik sebagai proses Politik, dan kemudian pengertian Kebijakan Publik.
1. Paradigma Kebijakan publik
Pengertian Administrasi publik dapat dibangun dari pengertian administrasi: “kerjasama secara rasional antara sejumlah manusia untuk mencapal tujuan tertentu secara efisien, efektif dan manusiawi" (Mustopadidjaja,1988). Mencapai “tujuan tertentu"dalam domein/bidang publik atau administrasi publik berarti mencapai kehidupan dan penghidupan yang berkualitas (adil, makmur, dan sejahtera). Sedangkan efisien, efektif dan manusiawi indikasinya adalah pelayanan publik yang optimal , prima dan akuntabel. Administrasi Publik sebagai disiplin ilmu seringkali dipandang terlalu sederhana, yakni sebagai teori organisasi dan teknik-teknik manajemen. Dalam pandangan demikian, administrasi publik sangat jelas perbedaannya dengan ilmu politik, karena tekanannya adalah pada struktur dan perilaku administrasi serta metodologinya.
Adminisrasi publik juga berbeda dengan ilmu administrasi karena indikator yang digunakan dalam evaluasi pada lingkungan pemerintahan berbeda dengan yang dipakai organisasi swasta, karena organisasi swasta yang berorientasi profit sebesar-besarnya dalam proses pembuatan keputusannya, kurang terikat untuk memperhatikan kepentingan umum (public interest). Tidak sebagaimana halnya dengan organisasi publik yang harus memperhatikan kepentingan publik dan memberikan pelayanan yang prima dan akuntabel.
Dalam perkembangannya, administrasi publik, dalam rangka mencari identitasnya, menunjukkan sifatnya yang dinamis (tidak statis). Terjadi pergeseran paradigma atau pemberian makna administrasi publik dari yang tradisionil (teori organisasi dan teknik-teknik manajemen) atau menekankan pada fungsi pelaksanaan kebijakan publik saja menjadi di samping pelaksanaan juga termasuk fungsi perumusan kebijakan. Robert T. Golembieswski mengemukanan bahwa perubahan atau pergeseran paradigma administrasi publik dapat dipelajari dari locus dan focusnya. Locus menunjukkan tempat di mana administrasi publik diposisikan/diperankan; sedangkan focus menunjukkan pokok bahasan (substansi atau content) dari administrasi publik tersebut.

Read More......